LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM KIMIA A1 MATERI DAN PERUBAHANNYA

 LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR 1
MATERI DAN PERUBAHANNYA
(SIFAT FISIKA DAN KIMIA UNSUR DAN SENYAWA)











Tanggal Percobaan     : 26 September 2022

Kelompok                   : 02

Nama Anggota            : 1. Adinda Meilady

                                        (11220960000001)

                           2. Eri Sahriah

                            (11220960000009)

                           3. Inayah Andhira 

                            (112209600000013)

                           4. Tsamarah Cinta Dwi Kinanti

                            (11220960000025)



PROGRAM
STUDI KIMIA  FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA  2022



BAB I
PENDAHULUAN 


1.1 Prinsip Percobaan

          Untuk mengetahui sifat fisika dan kimia unsur dan senyawa dalam bab Materi dan Perubahannya, dapat dilakukan dengan cara mengamati sifat-sifat unsur logam dan non logam, melakukan pemanasan unsur dan senyawa, selain itu juga mereaksikan larutan.


1.2 Tujuan Percobaan 

  1. Mahasiswa mampu membedakan sifat fisik dari unsur (logam dan non logam).

  2. Mahasiswa mampu menjelaskan perbedaan sifat fisika suatu unsur dan senyawa serta faktor yang mempengaruhinya.

  3. Mahasiswa mampu menjelaskan perbedaan sifat kimia suatu unsur dan senyawa serta faktor yang mempengaruhinya.

  4. Mahasiswa mampu menentukan apakah suatu zat mengalami perubahan fisika atau kimia dan menjelaskan ciri-ciri dari kedua perubahan tersebut.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA


           Ilmu kimia adalah ilmu pengetahuan alam yang mempelajari tentang materi yang meliputi struktur, susunan, sifat, dan perubahan materi serta energi yang menyertainya (Agung, dkk, 2008). Jadi, ilmu kimia dapat didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari materi dan perubahannya (Chang, 2005). Sedangkan materi itu sendiri merupakan sesuatu yang mempunyai massa dan menempati ruang (Afnidar, 2014).

      Setiap materi memiliki sifat khas yang memudahkannya untuk dikenali dan dibedakan dengan zat lainnya (Afnidar, 2014). Materi memiliki wujud yang berbeda-beda. Wujud materi terbagi menjadi 3 yaitu fasa padat, gas dan cair.  Salah satu cara yang digunakan dalam menggolongkan materi adalah berdasarkan sifat fisika atau kimianya. 

          Sifat fisika merupakan sifat zat yang dapat diukur atau diamati tanpa senyawa mengalami perubahan komposisi. Sifat fisika sangat banyak macamnya. Sifat-sifat fisika yang terpenting diantaranya adalah wujud, warna, massa jenis/kerapatan, bentuk kristal, titik leleh, titik didih, hantaran listrik, kelarutan, kekerasan, dan lain-lain. Bau dan rasa juga termasuk sifat fisika walaupun diperlukan reaksi kimia dalam mengamatinya.

           Sifat kimia adalah sifat yang diukur atau diamati apabila zat mengalami perubahan komposisi, dimana sifatnya berbeda dengan sifat zat pembentuknya. Untuk mengukur dan mengamati sifat kimia hanya dapat dilakukan melalui reaksi kimia. Besi berkarat, kayu terbakar, hidrogen meledak, dan uranium meluruh secara radioaktif merupakan contoh-contoh perubahan kimia. Perubahan kimia selalu diikuti oleh perubahan energi. Perubahan kimia yang diamati dapat berupa pembentukan gas, pembentukan senyawa sulit larut (endapan), perubahan warna, dan perubahan suhu. 

          Sifat-sifat di atas berdasarkan kelarutannya dapat dibagi atas dua golongan yaitu serba sama (homogen) dan serbaneka (heterogen). Materi serba sama (homogen) mempunyai sifat fisika dan kimia yang tetap tanpa memandang banyak zat yang diukur. Sedangkan materi serbaneka (heterogen) tidak mempunyai sifat-sifat yang tetap. Bila gula dan garam dicampur dapat terlihat serba sama (homogen). Tetapi campuran tersebut berupa serbaneka (heterogen) karena masing-masingnya mempunyai sifat-sifat fisika yang sangat berbeda. (Nurhasni, Yusraini, 2022) .


BAB III
METODE PERCOBAAN

3.1 Alat

Pada percobaan kali ini alat yang digunakan adalah 1 buah gelas piala 600 ml, 1 buah gelas piala 250 ml, 1 buah termometer, 1 buah tabung reaksi berdiameter 2 cm, 1 buah cawan penguap, 12 buah tabung reaksi, 3 buah rak tabung reaksi, 1 buah hot plate,1 buah bunsen, 1 buah penjepit tabung reaksi, 10 buah pipet tetes, dan 1 buah gelas piala 100 ml.

3.2 Bahan

Pada percobaan ini bahan yang diperlukan adalah botol-botol kecil berisi serbuk alumunium, magnesium, belerang, karbon, dan seng, metil alkohol, CH3COH, cairan sample (aseton), naftalen, sukrosa, C12H22O11, serbuk belerang, kawat tembaga, Cu, padatan kalium dikromat, K2Cr2O7, larutan natrium karbonat, Na2CO3 0,5 M, larutan natrium sulfat, Na2SO4 0,1 M, larutan asam klorida encer, HCL 6 M, larutan natrium nitrat NaNO3 0,1 M, larutan timbal (II) nitrat Pb(NO3)2, larutan kalium iodida, KI 0,1 M, metanol, heksana, dan aquadest.


3.3 Prosedur percobaan

   A. Mempelajari Sifat-sifat Fisika dan Kimia

        a. Pengamatan Sifat Fisika Unsur (Membedakan Logam dan Nonlogam)

                            

                       b. Menentukan Titik Didih (Sifat Fisika Suatu Senyawa)



                       
                       c. Kelarutan



                       d. Pencampuran



                   
                    B. Mempelajari Perubahan Fisika dan Kimia

                        a. Pemanasan Unsur


                        b. Pemanasan Senyawa



                    
                        c. Reaksi Larutan







BAB IV
PEMBAHASAN


4.1 Hasil Pengamatan


    Tabel 1. hasil pengamatan sifat fisik unsur 


No.

Bahan

Hasil Pengamatan

Penjelasan singkat

1. 

Alumunium

Berbentuk padatan, keras, berwarna silver

Logam

2.

Magnesium

Berbentuk serbuk serpihan namun tidak butiran, berbau gosong

Logam

3.

Seng

Berbentuk butiran namun seperti solid satu sama lain

Logam

4.

Karbon

Berbentuk serbuk butiran, berwarna hitam pekat

Nonlogam

5.

Belerang

Berbentuk serbuk butiran, berwarna hijau muda

Nonlogam


Tabel 2. Hasil pengamatan penentuan titik didih

No.

Bahan

Hasil Pengamatan

Penjelasan singkat

1.

Metanol

Kondensat jatuh pada suhu 62°C

Perubahan fisika, terjadi pemanasan tanpa mengubah komposisi.

2.

Aseton

Aseton jatuh pada suhu 60°C

Perubahan fisika terjadi pemanasan tanpa mengubah komposisi.


Tabel 3. Hasil pengamatan kelarutan

No.

Bahan 

Hasil Pengamatan

Penjelasan Singkat

1.

Air dan Sukrosa

Air dan sukrosa bercampur menjadi larutan homogen. Terjadi perubahan warna menjadi sedikit kekuningan.

Bercampur

2.

Air dan Naftalen

Tidak mengalami pencampuran dan zat Naftalen tertahan di atas permukaan larutan. Apabila dikocok secara kencang dapat terjadi pengendapan kecil,

Tidak bercampur

3.

Air dan Belerang

Tidak mengalami pencampuran dan zat belerang sebagian mengendap di atas permukaan larutan dan sebagian mengendap di dasar tabung.

Tidak bercampur


Tabel 4. Hasil pengamatan pencampuran

No.

Bahan

Hasil Pengamatan

Penjelasan Singkat

1.

Air dan Metanol

Terjadi pencampuran hingga larutan menjadi homogen

Bercampur

2.

Air dan Natrium nitrat

Terjadi pencampuran hingga larutan menjadi homogen, terjadi perubahan warna menjadi sedikit keruh.Bercampur

Tabel 5. Hasil pengamatan pemanasan unsur

No.

Bahan

Hasil Pengamatan

Penjelasan Singkat

1.

Cu (s) + O2

Kawat berubah warna yang semula merah menjadi hitam.

Perubahan fisika terjadi pemanasan tanpa mengubah komposisi.

2.

Naftalen + O2

Serbuk Naftalen mencair kemudian menguap ke dasar cawan penguap, dan terjadilah kristalisasi Naftalen pada dasar cawan penguap.

Perubahan fisika terjadi perubahan wujud.


Tabel 6. Hasil pengamatan pemanasan senyawa

No.

Bahan

Hasil Pengamatan

Penjelasan Singkat

1.

Mentega + O2

-
Terjadi human error.
Bahan tidak tersedia

2.

H2O (s) + O2

Mengalami pencairan karena kenaikan suhu

Perubahan fisika terjadi perubahan wujud.


Tabel 7. Hasil pengamatan reaksi larutan

No.

Bahan

Hasil Pengamatan

Penjelasan Singkat

1.

Na2CO3  + HCl

Tidak terjadi perubahan warna, namun saat tabung reaksi digoyangkan terlihat seperti ada serat serat putih, seperti terbentuk gas gelembung.

Na2CO3 (aq) + 2HCl (aq) → 2NaCl (aq) + H2O (l) + CO2 (g)

Perubahan kimia, terbentuk gelembung gas.

2.

Na2SO4 + HCl

Tidak terjadi perubahan warna, namun saat tabung reaksi digoyangkan terlihat seperti ada serat serat putih,

Na2SO4 (aq) + HCl (aq) → 2NaCl (aq) + H2SO4 (aq)

Perubahan kimia, terjadi perubahan komposisi.

3.

NaNO3 + KI

-

Terjadi human error. bahan tidak tersedia

4.

Pb(NO3)2 + KI

Terjadi perubahan warna setelah ditetesi kalium iodida yang semula bening menjadi kuning dan setelah didiamkan terjadi endapan.

Pb(NO3)2 (aq) + 2KI (aq) → PbI2 (s) + 2KNO3 (aq)

Perubahan kimia terjadi perubahan warna dan terbentuk endapan.



        4.2 Pembahasan


Pada praktikum perubahan sifat fisika dan kimia suatu unsur dan senyawa kali ini dilakukan beberapa percobaan untuk mengetahui adanya perubahan sifat fisika dan kimia pada suatu unsur dan senyawa. Percobaan ini dilakukan dengan tujuh metode berdasarkan sifat fisika dan kimianya.

Pada percobaan pertama mengamati unsur logam dan non logam pada suatu unsur. Berdasarkan percobaan kali ini bentuk dan warnanya (sifat fisiknya) diketahui ada beberapa unsur yang bersifat logam dan non logam. Unsur yang bersifat logam yaitu, seng, magnesium dan aluminium. Seng merupakan logam transisi, seng pada suhu biasa berupa logam yang berwarna putih, keras serta rapuh, pada temperatur 100 °C sampai dengan 150 °C sehingga dapat dijadikan lembaran tipis, dan pada temperatur 200 °C-300 °C dapat dihaluskan menjadi serbuk (Marheni, dkk, 2007). Magnesium merupakan logam alkali tanah (golongan 2A). Logam alkali tanah sangat reaktif, tetapi tidak sereaktif logam alkali, dan logam ini terdapat dalam keadaan bebas di alam (Marheni, dkk, 2007). Aluminium merupakan golongan 3A, aluminium murni dapat ditempa, dapat dibentuk, logam berwarna perak dengan rapatan rendah, dan pengantar listrik. Aluminum adalah bahan pereduksi yang baik, dalam arti cukup mudah teroksidasi (Petrucci, 1985). Sedangkan unsur yang bersifat non logam yaitu, karbon dan belerang. Bentuk fisik dari karbon yakni intan dan grafit. Sebagai tambahan pada modifikasi grafit dan intan, karbon dalam diperoleh dalam berbagai bentuk yang dikenal sebagai karbon amorf. Bila batu bara dipanaskan tanpa udara, berbagai zat volatil dikeluarkan, meninggalkan residu cokas (ampas batu karang). Pembakaran tidak sempurna dari gas alam menghasilkan nyala berasap, dan asap ini dapat disimpan sebagai jelaga yang halus disebut karbon hitam (Petrucci, 1985). Belerang atau sulfur dalam keadaan bebas terdapat pada gunung berapi. Untuk memperoleh belerang, bahan yang mengandung sulfur (S) dipanaskan sehingga sulfurnya melebur, selanjutnya leburan sulfur tersebut biasanya dicetak dalam bentuk batang (Marheni, dkk, 2007).

Percobaan kedua dilakukan untuk menentukan titik didih senyawa. Mendidih adalah perubahan wujud dari cair menjadi uap. Mendidih merupakan proses penguapan yang terjadi di seluruh bagian zat cair, dan hanya terjadi pada titik didihnya saja. Proses mendidih terjadi apabila tekanan uap jenuh zat cair sama dengan tekanan udara di permukaannya (Kitti, 2014). Pada percobaan A dihasilkan titik didih senyawa metanol sebesar 62 °C sedangkan secara teoritis memiliki titik didih 64,7 °C, pada percobaan B dihasilkan titik didih senyawa sebesar 60 °C sedangkan secara teoritis memiliki titik didih 56,2 °C. Titik didih percobaan ini dicatat setelah ada kondensat yang menetes dari ujung termometer. Hal ini disebabkan karena tekanan uap jenuh zat cair dan tekanan udara di permukaannya saat teoritis dan eksperimen berbeda.

  Percobaan yang ketiga dilakukan tiga percobaan pada suatu unsur dan senyawa untuk menentukan kelarutan, yaitu air dan sukrosa, air dan naftalen, serta air dan belerang. Kelarutan adalah suatu zat terlarut akan terlarut dalam suatu pelarut dan sama jenis setara kekuatannya (larutan ideal). Namun jika gaya tarik antara molekul-molekul tak sejenis melebihi gaya tarik antara molekul sejenis, larutan terbentuk tetapi ini merupakan larutan non ideal (Petrucci, dkk, 2009). Air dan sukrosa bercampur menjadi homogen, air dan sukrosa merupakan senyawa polar. Air dan naftalen tidak dapat bercampur karena air merupakan unsur polar dan naftalen merupakan unsur nonpolar, air dan naftalen hanya terjadi endapan dalam jumlah kecil. Percobaan terakhir air dan belerang tidak dapat bercampur dan terjadi endapan dalam jumlah sedikit, sama seperti air dan naftalen. Air merupakan unsur polar sedangkan belerang merupakan unsur nonpolar. Oleh karena itu , kita dapat mengatakan bahwa " yang sejenis melarutkan yang sejenis." (like dissolves like). Artinya, zat-zat dengan struktur molekul yang serupa cenderung menunjukkan gaya tarik antarmolekul yang serupa dan saling melarutkan (Petrucci, dkk, 2007).

  Pada percobaan ke empat, dilakukan pencampuran antara air dengan metanol dan air dengan natrium nitrat. Saat pencampuran air dengan metanol, yang terjadi adalah kedua senyawa bercampur menjadi satu, karena air dan metanol merupakan senyawa polar. Saat pencampuran air dengan natrium nitrat juga bercampur menjadi satu karena air dan naftalena merupakan senyawa polar. Oleh karena itu, pencampuran dua senyawa dipengaruhi oleh ikatan dari senyawanya antara polar atau nonpolar.

  Pada percobaan kelima dilakukan untuk mengetahui perubahan yang terjadi pada suatu unsur yang dipanaskan. Pada percobaan pemanasan kawat tembaga didapatkan hasil yaitu terjadi perubahan warna menjadi hitam tembaga karena meningkatnya suhu dan sisa jelaga (pembakaran) dari korek api, sehingga merubah warna tembaga. Ini merupakan perubahan fisika karena hal tersebut dapat diukur dan diamati tidak terbentuk zat baru. Selanjutnya percobaan pada naftalen mengalami perubahan wujud (perubahan fasa) dari padat menjadi gas (menyublim) kemudian menjadi zat padat dalam membentuk zat baru yaitu berbentuk kristal. Perubahan fasa merupakan perubahan fisika yang tidak membentuk zat baru.

          Percobaan ke enam yaitu pemanasan senyawa yang merupakan perubahan fisika karena percobaan ini dilakukan dengan mencairkan es batu menggunakan hotplate. Perubahan fisika dapat diukur dan diamati tanpa mengubah susunan atau identitas suatu zat (Chang, 2005).

  Pada percobaan ketujuh dilakukan untuk mengetahui adanya reaksi pada dua larutan yang dicampur menjadi satu. Jika kedua larutan menghasilkan perubahan warna atau terbentuknya gelembung gas maka larutan tersebut dikatakan mengalami perubahan kimia. Pada percobaan larutan NaSO4 + HCl tidak terjadi perubahan warna maupun terbentuknya gelembung, sehingga pada larutan ini tidak terdapat ciri-ciri adanya reaksi. Pada larutan Na2CO3 + HCl terbentuk gelembung gas, maka terdapat ciri-ciri adanya reaksi. Pada larutan Pb(NO3)2 + KI terjadi perubahan warna yang semula bening menjadi kuning setelah beberapa kali diteteskan kalium iodida. Setelah didiamkan terjadi endapan, pada larutan ini terdapat ciri-ciri adanya reaksi. Bukti bahwa suatu reaksi kimia terjadi dapat dilihat dengan sederhana dari adanya perubahan warna, terbentuknya gas atau endapan, dan adanya pelepasan atau penyerapan panas.



BAB V

KESIMPULAN

 

Kesimpulan dari percobaan ini yaitu :

  1. Sifat fisik dari unsur logam yaitu mengkilap, dapat ditempa dan penghantar arus listrik yang baik. Sedangkan sifat fisik non logam yaitu tidak mengkilap, tidak dapat ditempa, mudah rapuh dan penghantar arus listrik yang buruk.

  2. Perbedaan sifat fisika suatu unsur dan senyawa dipengaruhi oleh sifat materi itu sendiri. Faktor yang mempengaruhinya yaitu pembakaran, pemanasan, pendinginan dan pembusukan. 

  3. Perbedaan sifat kimia suatu unsur dan senyawa tergantung pada suatu unsur dan senyawa. Faktor yang mempengaruhinya yaitu temperatur, konsentrasi, katalis, dan inhibitor.

  4. Perubahan fisika pada percobaan dapat dilihat dari perubahan sifat fisiknya dapat berupa bentuk, ukuran, wujud dan warna. Sedangkan perubahan kimia pada percobaan dapat dilihat dari reaksi yang dihasilkan dapat berupa terbentuk endapan, perubahan warna, terbentuknya gas dan perubahan suhu.




DAFTAR PUSTAKA


  1. Agung, dkk. 2008. Bertualang di Dunia Kimia. Yogyakarta: Pustaka Insan Madani.

  2. Afnidar, dkk. 2014. Materi Kurikuler Kimia SMP dan SMA. Edisi Kesatu. Tangerang Selatan: Universitas Terbuka.

  3. Chang, Raymond. 2005. Kimia Dasar : Konsep-konsep Inti. Edisi Ketiga. Jakarta: Erlangga.

  4. Kitti, Sura. 2014. KIMIA 3. Jakarta: PT Trisula Adisakti.Marheni, dkk. 2007. MATERI Pokok Kimia Dasar 2. Edisi Kesatu. Jakarta: Erlangga.

  5. Marheni, dkk. 2007. MATERI Pokok Kimia Dasar 2. Edisi Kesatu. Jakarta: Erlangga.

  6. Nurhasni, Yusraini DIS. 2022. Buku Pedoman Praktikum Kimia Dasar. Program Studi Kimia dan Fakultas Sains dan Teknologi. Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 

  7. Petrucci, Harwood, Herring. 2007. Kimia Dasar Prinsip-prinsip dan Aplikasi Modern. Edisi Kesembilan. Jakarta: Erlangga.

  8. Petrucci, Ralph H. 1985. Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern. Edisi Keempat. Jakarta: Erlangga.

          


LAMPIRAN






a, Mengamati Sifat Fisika dan Kimia


    1. Pengamatan sifat fisik unsur




2. Penentuan titik didih

                

    


3. Kelarutan

 


4. Pencampuran 

                      




b. Mempelajari perubahan fisika dan kimia

  1. Pemanasan Unsur

  • Cu(s) + O2

   


  • Naftalena + O2

              

  1. Pemanasan senyawa

        • H2O + O

  1. Reaksi larutan 


        • Na2SO4(aq) + HCI(aq)

        • Pb(NO3)2(aq) + KI(aq)





   EVALUASI POST PRAKTIKUM

  1. Jelaskan apa itu sifat fisika dan sifat kimia serta apa yang mempengaruhinya?

Sifat fisika berkaitan dengan penampilan atau bentuk fisik suatu zat yang dapat diamati dengan panca indera tanpa mengubah susunan materi titik sedangkan sifat kimia berkaitan dengan reaksi kimia atau perubahan yang dialami suatu zat. Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi sifat fisika dan kimia yaitu daya hantar listrik, warna, kelarutan, massa jenis kemudahan terbakar dan meledak dan lain-lain.


  1. Jelaskan apa itu perubahan fisika dan perubahan kimia serta apa saja yang mempengaruhinya?

Perubahan fisika adalah perubahan suatu materi yang tidak mengakibatkan terbentuknya zat baru yang berubah hanya bentuk fisiknya saja. Faktor yang mempengaruhi perubahan fisika adalah sifat dari materi itu sendiri.

Sedangkan perubahan kimia adalah perubahan yang menghasilkan zat baru. Zat baru yang dihasilkan memiliki sifat yang berbeda dengan sifat sebelumnya. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi yaitu pembakaran perkaratan, pembusukan, fermentasi, dan proses biologis makhluk hidup.


  1. Bagaimana cara membedakan perubahan fisika dan perubahan kimia pada suatu?

Dapat dilihat dari perubahan zat tersebut titik apabila suatu senyawa atau zat tersebut tidak akan membentuk zat baru dan yang zat yang mengalami perubahan bisa kembali seperti semula, maka zat tersebut merupakan perubahan fisika titik sedangkan apabila suatu zat atau senyawa tersebut membentuk zat baru dan zat tersebut tidak dapat kembali seperti semula, serta diikuti perubahan energi, maka zat tersebut akan mengalami perubahan kimia. Dapat diamati apakah terjadi perubahan wujud atau warna, bentuk, ukuran, kepadatan, kelarutan dan daya hantar listrik maka itu termasuk perubahan fisika. Sedangkan perubahan kimia terjadi karat mudah meledak mudah terbakar dan beracun.






Material Safety Data Sheets (sifat kimia dan fisika, bahaya, dan cara penanggulangan)


  1. Seng (Zn)

Sifat Fisika dan Kimia

Keadaan Fisik            : Padat

Penampilan                    : Biru

Bau                                  : tidak berbau

pH                                    : Tidak tersedia.

Tekanan Uap                    : 1 mm Hg @ 487C

Kepadatan Uap            : Tidak tersedia.

Tingkat Penguapan    : Tidak berlaku

Viskositas                    : Tidak berlaku

Titik didih                          : 908 derajat C

Titik Pembekuan/Leleh     : 419 derajat C

Suhu Dekomposisi            : Tidak tersedia.

Kelarutan                   : Bereaksi dengan air

Kepadatan Spesifik           : 7.14

Rumus Molekul           : Zn

Berat Molekul           : 65,38

Bahaya

Air-reaktif. Bereaksi keras dan/atau eksplosif dengan air, uap atau uap air. 

Dapat menyala atau meledak saat kontak dengan udara lembab. 

Menyebabkan iritasi mata dan kulit. Beracun untuk organisme air, dapat 

menyebabkan efek merugikan jangka panjang dalam lingkungan air. 

Menyebabkan iritasi saluran pencernaan dan pernafasan.

Penanganan

Mata: Bilas mata dengan banyak air selama minimal 15 menit, sesekali

mengangkat kelopak mata atas dan bawah. Dapatkan bantuan medis.

Kulit: Dapatkan bantuan medis jika iritasi berkembang atau berlanjut. Cuci

pakaian sebelum digunakan kembali. Bilas kulit dengan banyak sabun dan 

air.

Tertelan: Jika korban sadar dan waspada, berikan 2-4 cangkir susu atau air.

Jangan pernah memberikan apapun melalui mulut kepada orang yang tidak

sadarkan diri. Dapatkan bantuan medis segera.

Penghirupan: Jauhkan dari paparan dan segera pindahkan ke udara segar. 

Jika tidak bernapas, berikan pernapasan buatan. Jika sulit bernafas, berikan

oksigen. Dapatkan bantuan medis.

Catatan untuk Dokter: Rawat sesuai gejala.


  1. Belerang

Sifat Fisika dan Kimia

Keadaan Fisik : Padat

Penampilan         : kuning

Bau                     : seperti telur busuk

pH                         : Tidak tersedia.

Tekanan Uap         : Tidak tersedia.

Kepadatan Uap : Tidak tersedia.

Tingkat Penguapan : Tidak tersedia.

Viskositas         : Tidak tersedia.

Titik didih         : 445 derajat C

Titik Beku/Leleh :113 derajat C

Suhu Dekomposisi : Tidak berlaku.

Kelarutan         : Tidak larut dalam air.

Kepadatan Spesifik : 2.07

Rumus Molekul : S

Berat Molekul : 32,06

Bahaya

Mata: Menyebabkan iritasi mata. Efek mungkin tertunda. Menyebabkan

kemerahan dan nyeri. Dapat menyebabkan konjungtivitis kimia dan

kerusakan kornea.

Kulit: Menyebabkan iritasi kulit. Menyebabkan kemerahan dan nyeri.

Tertelan: Dapat menyebabkan iritasi gastrointestinal dengan mual, muntah 

dan diare.

Terhirup: Menyebabkan iritasi saluran pernapasan. Kelelahan penciuman

dapat terjadi. Dapat menghasilkan edema paru yang tertunda. Dapat

menyebabkan efek sistem saraf pusat seperti mual dan sakit kepala.

Kronis: Kontak kulit yang berkepanjangan atau berulang dapat 

menyebabkan dermatitis. Inhalasi kronis dapat menyebabkan efek yang 

mirip dengan inhalasi akut.

Penanganan

Mata: Segera basuh mata dengan banyak air selama minimal 15 menit, sesekali angkat kelopak mata atas dan bawah. Dapatkan bantuan medis. Kulit: Bilas kulit dengan banyak air setidaknya selama 15 menit sambil melepaskan pakaian dan sepatu yang terkontaminasi. Dapatkan bantuan medis jika iritasi berkembang atau berlanjut. Cuci pakaian sebelum digunakan kembali. Tertelan: Jangan pernah memberikan apapun melalui mulut kepada orang yang tidak sadar. JANGAN menginduksi muntah. Jika sadar dan waspada, bilas mulut dan minum 2-4 cangkir susu atau air. Dapatkan bantuan medis jika terjadi iritasi atau gejala. Penghirupan: Jauhkan dari paparan dan segera pindahkan ke udara segar. Jika tidak bernapas, berikan pernapasan buatan. Jika sulit bernafas, berikan oksigen. Dapatkan bantuan medis jika batuk atau gejala lain muncul. JANGAN gunakan resusitasi mulut ke mulut.


  1. Karbon (C)

Sifat Fisika dan Kimia

Keadaan Fisik : Padat

Penampilan      : hitam

Bau                      : tidak berbau

pH                      : Tidak tersedia.

Tekanan Uap         : 1 mm Hg @ 3586C

Kepadatan Uap : Tidak tersedia.

Tingkat Penguapan : Diabaikan.

Viskositas         : Tidak tersedia.

Titik didih         : Tidak tersedia.

Titik beku/lebur : 3652 derajat C

Suhu Dekomposisi : Tidak tersedia.

Kelarutan         : tidak larut dalam air.

Kepadatan Spesifik : 1,8-2.1

Rumus Molekul : C

Berat Molekul : 12

Bahaya

Mata: Debu dapat menyebabkan iritasi mekanis. Dapat menyebabkan lakrimasi (robek), penglihatan kabur, dan fotofobia. Dapat menyebabkan konjungtivitis kimia dan kerusakan kornea. Kulit: Debu menyebabkan iritasi mekanis. Tertelan: Dapat menyebabkan mual, muntah, sakit perut, dan peningkatan air liur. Terhirup: Dapat menyebabkan kerusakan paru-paru. Kelelahan penciuman dapat terjadi. Dapat menghasilkan edema paru yang tertunda. Menghirup debu menyebabkan iritasi parah pada saluran pernapasan bagian atas, gangguan pencernaan, albuminuria, penurunan berat badan secara bertahap, dan kelemahan yang meningkat. Kronis: Inhalasi kronis dapat menyebabkan penurunan fungsi paru.

Penanganan 

Mata: Bilas mata dengan banyak air selama minimal 15 menit, sesekali mengangkat kelopak mata atas dan bawah. Dapatkan bantuan medis. Kulit: Bilas kulit dengan banyak air setidaknya selama 15 menit sambil melepaskan pakaian dan sepatu yang terkontaminasi. Dapatkan bantuan medis jika iritasi berkembang atau berlanjut. Cuci pakaian sebelum digunakan kembali. Tertelan: Jangan memaksakan muntah. Jika korban sadar dan waspada, berikan 2-4 cangkir susu atau air. Jangan pernah memberikan apapun melalui mulut kepada orang yang tidak sadarkan diri. Dapatkan bantuan medis. Penghirupan: Jauhkan dari paparan dan segera pindahkan ke udara segar. Jika tidak bernapas, berikan pernapasan buatan. Jika sulit bernafas, berikan oksigen. Dapatkan bantuan medis.


  1. Magnesium (Mg)

Sifat Fisika dan Kimia

Keadaan Fisik : Padat

Penampilan     : putih perak

Bau                      : tidak ada yang dilaporkan

pH                      : >7 (larutan air)

Tekanan Uap     : Diabaikan.

Kepadatan Uap : Diabaikan.

Tingkat Penguapan : Diabaikan.

Viskositas         : Tidak tersedia.

Titik didih         : 1107,2 derajat C

Titik Pembekuan : 650 derajat C

Suhu Dekomposisi : Tidak tersedia.

Kelarutan          : Tidak larut dalam air.

Gravitasi         : 1.74

Rumus Molekul : Mg

Berat Molekul : 24,3

Bahaya

Padatan yang mudah terbakar. Air-reaktif. Kontak dengan air melepaskan 

gas yang sangat mudah terbakar. Dapat menyebabkan iritasi mata dan kulit. 

Dapat menyebabkan iritasi saluran pernapasan. Menghirup asap dapat 

menyebabkan demam asap logam. Sensitif terhadap udara.

Penanganan

Mata: Segera basuh mata dengan banyak air selama minimal 15 menit,

sesekali angkat kelopak mata atas dan bawah. Dapatkan bantuan medis.

Kulit: Dapatkan bantuan medis. Segera basuh kulit dengan banyak air 

selama minimal 15 menit sambil melepaskan pakaian dan sepatu yang 

terkontaminasi.

Tertelan: Jika korban sadar dan waspada, berikan 2-4 cangkir susu atau air.

Dapatkan bantuan medis segera.

Penghirupan: Jauhkan dari paparan dan segera pindahkan ke udara segar. 

Jika tidak bernapas, berikan pernapasan buatan. Jika sulit bernafas, berikan 

oksigen. Dapatkan bantuan medis.

Catatan untuk Dokter: Penggunaan kalsium glukonat sebagai pengobatan

penangkal magnesium overdosis harus ditentukan hanya oleh tenaga medis

yang berkualifikasi.


  1. Alumunium (Al)

Sifat Fisika dan Kimia

Bentuk                        : serbuk

Warna                    : metalik

Titik lebur/titik beku  : 660,37 °C

Titik didih awal    : 2.460 °C

Kerapatan            : (densitas) relatif

Bahaya

Toksisitas akut, Korosi/iritasi kulit, dan Kerusakan mata serius/iritasi mata

Penanganan

Jika terhirup: hirup udara segar.

Jika kontak dengan kulit:Tanggalkan segera semua pakaian yang

terkontaminasi. Bilaslah kulit dengan air/ pancuran air.

Jika kontak dengan mata: bilaslah dengan air yang banyak. Lepaskan lensa

kontak.

Jika tertelan: beri air minum kepada korban (paling banyak dua gelas). 

Konsultasi kepada dokter jika merasa tidak sehat.


  1. Metil alkohol (Metanol) (CH3OH)

Sifat Fisika dan Kimia

Keadaan Fisik                 : Cair

Penampilan                 : Tidak berwarna

Bau                              : Seperti alkohol

Ambang Bau                 : Tidak ada informasi yang tersedia

pH                              : Tidak berlaku

Titik Lebur/Rentang        : -98 °C / -144,4 °F

Titik didih/Rentang         : 64,7 °C / 148,5 °F @ 760 mmHg

Titik Nyala                 : 12 °C / 53.6 °F

Laju Penguapan         : 5.2 (eter = 1)

Kemudahan terbakar : Tidak berlaku

Batas                         : mudah terbakar atau meledak

Atas                         : 31,00 vol%

Bawah                         : 6.0 vol%

Tekanan Uap                 : 128 hPa @ 20 °C

Kepadatan Uap         : 1,11

Gravitasi Spesifik      : 0,791

Kelarutan                 : Larut dengan air

Koefisien partisi         : Tidak ada data

Suhu Penyalaan              : 455 °C / 851 °F

Suhu Dekomposisi         : Tidak tersedia informasi

Viskositas                 : 0,55 cP pada 20 °C

Rumus Molekul         : CH4O

Berat Moleku l         : 32,04

Konten VOC (%)      : 100

Tegangan permukaan : 0,02255 N/m @ 20°C

Bahaya

Cairan dan uap yang sangat mudah terbakar.Beracun jika tertelan, jika kena

kulit, atau jika terhirup. Menyebabkan kerusakan pada organ. Menyebabkan

kerusakan pada organ melalui paparan yang lama atau berulang.

Penanganan

Saran Umum Perhatian medis segera diperlukan. Tunjukkan lembar data

keselamatan ini kepada dokter yang hadir.

Kontak Mata: Segera bilas dengan banyak air, juga di bawah kelopak mata,

setidaknya selama 15 menit. Perhatian medis segera diperlukan.

Kontak Kulit: Segera cuci bersih dengan banyak air selama minimal 15 

menit. Perhatian medis segera diperlukan.

Terhirup: Pindah ke udara segar. Jika sulit bernafas, berikan oksigen. 

Jangan menggunakan metode mulut ke mulut jika korban menelan atau 

menghirup zat tersebut; memberikan pernapasan buatan dengan bantuan 

masker saku yang dilengkapi dengan katup satu arah atau perangkat medis 

pernapasan lainnya yang sesuai. Perhatian medis segera diperlukan.

Tertelan: Jangan dimuntahkan. Hubungi dokter atau Pusat Pengendalian

Racun segera.

Catatan untuk Dokter: Rawat sesuai gejalanya


  1. Sukrosa (C12H22O11)

Sifat Fisika dan Kimia

Keadaan Fisik : Padat

Penampilan      : tidak berwarna menjadi putih

Bau                     : Tidak berbau.

pH                         : Netral dalam larutan.

Tekanan Uap      : Tidak tersedia.

Kepadatan Uap : Tidak tersedia.

Tingkat Penguapan : Tidak tersedia.

Viskositas         : Tidak tersedia.

Titik didih         : Tidak tersedia.

Titik beku/lebur : 365 derajat F

Suhu Dekomposisi : 365 derajat F

Kelarutan         : Larut dalam air

Kepadatan Spesifik : 1,59 pada 25 derajat F

Berat Molekul : 342.1474

Bahaya

Mata: Debu dapat menyebabkan iritasi mekanis.

Kulit: Bahaya rendah untuk penanganan industri biasa.

Tertelan: Tertelan dalam jumlah besar dapat menyebabkan iritasi

gastrointestinal. Diharapkan menjadi bahaya konsumsi yang rendah.

Penghirupan: Bahaya rendah untuk penanganan industri biasa. Inhalasi 

yang berlebihan dapat menyebabkan iritasi pernapasan ringan.

Kronis: Tidak ada informasi yang ditemukan.

Penanganan

Mata: Bilas mata dengan banyak air selama minimal 15 menit,

sesekali mengangkat kelopak mata atas dan bawah. Dapatkan bantuan 

medis.

Kulit: Dapatkan bantuan medis jika iritasi berkembang atau berlanjut.

Tertelan: Jika korban sadar dan waspada, berikan 2-4 cangkir susu atau

air. Jangan pernah memberikan apapun melalui mulut kepada orang yang 

tidak sadarkan diri. Dapatkan bantuan medis jika terjadi iritasi atau gejala.

Penghirupan: Jauhkan dari paparan dan segera pindahkan ke udara segar. 

Jika tidak bernapas, berikan pernapasan buatan. Jika sulit bernafas, berikan 

oksigen. Dapatkan bantuan medis jika batuk atau gejala lain muncul.


  1. Heksana

Sifat Fisika dan Kimia

Keadaan Fisik          : Cair

Penampilan                 : bening tidak berwarna

Bau                              : seperti bensin

pH                                 : Tidak tersedia.

Tekanan Uap              : 151 mm Hg @ 25 derajat C

Kepadatan Uap         : 2,97 (Udara = 1)

Tingkat Penguapan : Tidak tersedia.

Viskositas                 : 0,31 mPas 20 derajat C

Titik didih                 : 62 - 69 derajat C @ 760 mmHg

Titik Pembekuan/Leleh : -95 derajat C

Suhu Dekomposisi          : Tidak tersedia.

Kelarutan                 : Tidak larut.

Gravitasi                 : 0,678

Rumus Molekul         : C6H14

Berat Molekul         : 86,18

Bahaya

Mata: Menyebabkan iritasi mata ringan.

Kulit: Kontak yang lama dan/atau berulang dapat menyebabkan 

pengelupasan kulit dan dermatitis. Menyebabkan iritasi dengan rasa sakit 

terbakar, gatal, dan kemerahan. Diserap melalui kulit. Belum ada laporan 

tentang sensitisasi kulit pada orang yang terpapar n-heksana di tempat kerja.

Sensitisasi kulit tidak diamati dalam tes maksimalisasi menggunakan 25 

sukarelawan.

Tertelan: Dapat menyebabkan iritasi gastrointestinal dengan mual, muntah 

dan diare. Aspirasi bahan ke dalam paru-paru dapat menyebabkan 

pneumonitis kimia, yang dapat berakibat fatal. Dapat menyebabkan depresi 

sistem saraf pusat.

Terhirup: Menyebabkan iritasi saluran pernapasan. Paparan menghasilkan

depresi sistem saraf pusat. Uap dapat menyebabkan pusing atau mati lemas.

Konsentrasi uap n-Heksana dapat menjadi sangat tinggi sehingga oksigen

tergusur, terutama di ruang terbatas.

Kronis: Kontak kulit yang berkepanjangan atau berulang dapat 

menyebabkan penghilangan lemak dan dermatitis. Paparan yang lama atau 

berulang dapat menyebabkan efek reproduksi yang merugikan. Paparan 

kronis dapat menyebabkan gangguan penglihatan. Eksperimen 

laboratorium telah menghasilkan efek mutagenik. Gejala neuropati perifer 

meliputi: kelemahan otot, parestesia, mati rasa pada tangan, kaki, tungkai 

dan lengan, goyah, dan kesulitan berjalan dan berdiri. Paparan berulang 

dapat menyebabkan kelainan sistem saraf dengan kelemahan dan kerusakan 

otot, inkoordinasi motorik, dan gangguan sensasi. Paparan kronis 

menghasilkan neuropati perifer.

Penanganan

Mata: Jika terjadi kontak, segera basuh mata dengan banyak air selama

minimal 15 menit. Dapatkan bantuan medis.

Kulit: Jika terjadi kontak, basuh kulit dengan banyak air. Lepaskan pakaian

dan sepatu yang terkontaminasi. Dapatkan bantuan medis jika iritasi

berkembang dan berlanjut. Cuci pakaian sebelum digunakan kembali.

Tertelan: Potensi aspirasi jika tertelan. Dapatkan bantuan medis segera. 

Jangan memaksakan muntah kecuali diarahkan untuk melakukannya oleh 

tenaga medis. Jangan pernah memberikan apapun melalui mulut kepada 

orang yang tidak sadarkan diri. Jika muntah terjadi secara alami, minta 

korban mencondongkan tubuh ke depan.

Terhirup: Jika terhirup, pindahkan ke udara segar. Jika tidak bernapas, 

berikan pernapasan buatan. Jika sulit bernafas, berikan oksigen. Dapatkan 

bantuan medis.


  1. Kawat Tembaga (Cu)

Sifat Fisika dan Kimia

Keadaan Fisik : Bubuk

Penampilan      : merah sampai coklat

Bau                     : tidak ada yang dilaporkan

pH                      : Tidak tersedia.

Tekanan Uap         : 1 mm Hg @1628C

Kepadatan Uap : Tidak tersedia.

Tingkat Penguapan : Tidak berlaku.

Viskositas          : Tidak berlaku.

Titik didih         : 2595 deg C

Titik Beku/Leleh : 1083 deg C

Suhu Penguraian : Tidak tersedia.

Kelarutan         : Tidak larut dalam air.

Berat Jenis         : 8,92

Rumus Molekul : Cu

Berat Molekul     : 63,54

Bahaya

Mata: Menyebabkan iritasi mata. 

Kulit: Menyebabkan iritasi kulit. Dapat menyebabkan perubahan warna 

kulit. 

Tertelan: Menyebabkan iritasi gastrointestinal dengan mual, muntah dan 

diare. Dapat menyebabkan kerusakan hati dan ginjal. 

Inhalasi: Debu mengiritasi saluran pernapasan. Menghirup asap dapat 

menyebabkan demam asap logam, yang ditandai dengan gejala seperti flu

dengan rasa logam, demam, menggigil, batuk, lemas, nyeri dada, nyeri otot, 

dan peningkatan jumlah sel darah putih.

Kronis: Kontak kulit yang berkepanjangan atau berulang dapat

menyebabkan dermatitis. Dapat menyebabkan kerusakan hati dan ginjal. 

Dapat menyebabkan kerusakan paru-paru.

Penanganan

Mata: Bilas mata dengan banyak air selama minimal 15 menit, sesekali

mengangkat kelopak mata atas dan bawah. Dapatkan bantuan medis.

Kulit: Bilas kulit dengan banyak air setidaknya selama 15 menit sambil

melepaskan pakaian dan sepatu yang terkontaminasi. Dapatkan bantuan 

medis jika iritasi berkembang atau berlanjut.

Tertelan: Dapatkan bantuan medis. JANGAN menginduksi muntah. Jika 

sadar dan waspada, bilas mulut dan minum 2-4 cangkir susu atau air.

Penghirupan: Jauhkan dari paparan dan segera pindahkan ke udara segar. 

Jika tidak bernapas, berikan pernapasan buatan. Jika sulit bernafas, berikan 

oksigen. Dapatkan bantuan medis.

Catatan untuk Dokter: Individu dengan penyakit Wilson lebih rentan 

terhadap keracunan tembaga kronis.


  1. Natrium sulfat (Na2SO4)

Sifat Fisika dan Kimia

Rumus molekul                        : Na2SO4

Massa molar                                : 142,04 g/mol

Bentuk padat                                : Warna putih

Bau                                                 : Tak berbau

Ambang Bau                                : Tidak berlaku

pH                                                : 5,2 - 8,0 pada 50 g/l 20 °C

Titik lebur                                : 888 °C

Densitas                                        : 2,70 g/cm3 pada 20 °C

Kelarutan dalam air                : 200 g/l pada 20 °C

Koefisien partisi (noktanol/air )    :Tidak berlaku

Suhu dapat membakar sendiri       : > 400 °C

(auto-ignition temperature)

Bahaya 

Mata: Menyebabkan iritasi mata. Lachrymator (zat yang meningkatkan 

aliran air mata).

Kulit: Menyebabkan iritasi kulit. Mungkin berbahaya jika diserap melalui 

kulit.

Tertelan: Dapat menyebabkan iritasi pada saluran pencernaan. Mungkin

berbahaya jika tertelan.

Terhirup: Berbahaya jika terhirup. Dapat menyebabkan iritasi saluran

pernapasan.

Kronis: Efek reproduksi yang merugikan telah dilaporkan pada hewan.

Penanganan

Bila terjadi kontak kulit: Tanggalkan segera semua pakaian yang

terkontaminasi. Bilaslah kulit dengan air/ pancuran air. Setelah kontak pada

Mata: bilaslah dengan air yang banyak. Lepaskan lensa kontak. Setelah 

Tertelan: beri air minum kepada korban (paling banyak dua gelas). 

Konsultasi kepada dokter jika merasa tidak sehat.


  1. Natrium karbonat (Na2CO3)

Sifat Fisika dan Kimia

Keadaan Fisik : Bubuk

Penampilan      : putih

Bau                     : tidak berbau

pH                         : Tidak tersedia.

Tekanan Uap         : Tidak tersedia.

Kepadatan Uap : Tidak tersedia.

Tingkat Penguapan : Tidak tersedia.

Viskositas         : Tidak tersedia.

Titik didih         : 1600 derajat C pada 760 mmHg

Titik Leleh         : 851 derajat C

Suhu Dekomposisi : Tidak tersedia.

Kelarutan         : 22 g/100mL (20 °C)

Kepadatan Spesifik : 2.53

Berat Molekul : 105,99

Bahaya

Mata: Menyebabkan iritasi mata. Lachrymator (zat yang meningkatkan 

aliran air mata).

Kulit: Menyebabkan iritasi kulit. Mungkin berbahaya jika diserap melalui 

kulit.

Tertelan: Dapat menyebabkan iritasi pada saluran pencernaan. Mungkin

berbahaya jika tertelan.

Terhirup: Berbahaya jika terhirup. Dapat menyebabkan iritasi saluran

pernapasan.

Kronis: Efek reproduksi yang merugikan telah dilaporkan pada hewan.

Penanganan

Mata: Segera basuh mata dengan banyak air selama minimal 15 menit, 

sesekali angkat kelopak mata atas dan bawah. Dapatkan bantuan medis.

Kulit: Dapatkan bantuan medis. Segera basuh kulit dengan banyak air 

selama minimal 15 menit sambil melepaskan pakaian dan sepatu yang 

terkontaminasi.

Tertelan: Jangan memaksakan muntah. Dapatkan bantuan medis.

Penghirupan: Jauhkan dari paparan dan segera pindahkan ke udara segar. 

Jika tidak bernapas, berikan pernapasan buatan. Jika sulit bernafas, berikan 

oksigen. Dapatkan bantuan medis.


  1. Asam klorida (HCl)

Sifat Fisika dan Kimia

Keadaan Fisik : Cair

Penampilan         : jernih, tidak berwarna hingga kuning pucat

Bau                         : kuat, menyengat

pH                         : 0,01

Tekanan Uap          : 84 mm Hg @ 20 derajat C

Densitas Uap          : 1,27 (udara=1)

Laju Penguapan : > 1,00 (N-butil asetat)

Titik didih          : 83 derajat C @ 760 mmHg

Titik Beku/ Leleh : -66 derajat C

Kelarutan         : Larut.

Berat Jenis          : 1,19 (38%)

Rumus Molekul : HCl.H2O

Berat Molekul : 36,46

Bahaya

Mata: Dapat menyebabkan cedera mata ireversibel. Uap atau kabut dapat

menyebabkan iritasi dan luka bakar yang parah. Kontak dengan cairan 

bersifat korosif pada mata dan menyebabkan luka bakar yang parah. 

Kulit: Kontak dengan cairan bersifat korosif dan menyebabkan luka bakar 

dan ulserasi yang parah. Tingkat keparahan cedera tergantung pada 

konsentrasi larutan dan durasi paparan. 

Proses menelan: Menyebabkan luka bakar saluran pencernaan yang parah 

dengan sakit perut, muntah, dan kemungkinan kematian. Dapat menyebabkan korosi dan kerusakan jaringan permanen pada kerongkongan

dan saluran pencernaan. 

Terhirup: Dapat berakibat fatal jika terhirup. Dapat menyebabkan iritasi 

parah pada saluran pernapasan dengan sakit tenggorokan, batuk, sesak 

napas dan edema paru yang tertunda. Menyebabkan luka bakar kimia pada 

saluran pernapasan. Menyebabkan tindakan korosif pada selaput lendir. 

Kronis: Kontak kulit yang berkepanjangan atau berulang dapat

menyebabkan dermatitis. Paparan berulang dapat menyebabkan erosi gigi.

Paparan berulang terhadap uap atau kabut HCl konsentrasi rendah dapat

menyebabkan pendarahan pada hidung dan gusi. Bronkitis kronis dan 

gastritis juga telah dilaporkan.

Penanganan

Mata: Jika terjadi kontak, segera basuh mata dengan banyak air setidaknya

selama 15 menit. Dapatkan bantuan medis segera.

Kulit: Jika terjadi kontak, segera basuh kulit dengan banyak air selama 

minimal 15 menit sambil melepaskan pakaian dan sepatu yang 

terkontaminasi. Dapatkan bantuan medis segera. Cuci pakaian sebelum 

digunakan kembali.

Tertelan: Jika tertelan, JANGAN dimuntahkan. Dapatkan bantuan medis

segera. Jika korban sadar penuh, berikan segelas air. Jangan pernah

memberikan apapun melalui mulut kepada orang yang tidak sadarkan diri.

Terhirup: bahan RACUN. Jika terhirup, segera dapatkan bantuan medis.

Pindahkan korban ke udara segar. Jika tidak bernapas, berikan pernapasan

buatan. Jika sulit bernafas, berikan oksigen.


  1. Natrium nitrat (NaNO3)

Sifat Fisika dan Kimia

Rumus Molekul : NaNO3

Berat Molekul : 84,99

Keadaan Fisik : Kristal

Penampilan         : putih

Bau                         : Tidak berbau

Titik didih         : 380°C

Titik Pembekuan : 306°C

pH                     : 5,5-8,0 (larutan 5% aq.)

Tekanan Uap          : Tidak tersedia.

Kepadatan Uap : Tidak tersedia.

Tingkat Penguapan : Tidak tersedia.

Viskositas         : Tidak tersedia.

Suhu Dekomposisi : 380°C

Kelarutan         : Larut.

Bahaya

Mata: Menyebabkan iritasi mata.

Kulit: Menyebabkan iritasi kulit.

Tertelan: Berbahaya jika tertelan. Dapat menyebabkan iritasi pada saluran 

pencernaan. Dapat menyebabkan methemoglobinemia, sianosis (perubahan

warna kulit menjadi kebiruan karena kekurangan oksigenasi darah), kejang, 

dan kematian. Methemoglobinemia ditandai dengan pusing, mengantuk, 

sakit kepala, sesak napas, sianosis (perubahan warna kulit kebiruan karena

kekurangan oksigenasi darah), detak jantung yang cepat dan darah berwarna

coklat-coklat.

Terhirup: Menyebabkan iritasi saluran pernapasan. Dapat menyebabkan

methemoglobinemia, sianosis (perubahan warna kulit kebiruan karena

kekurangan oksigenasi darah), kejang, takikardia, dispnea (kesulitan 

bernapas), dan kematian.

Penanganan

Mata: Jika terjadi kontak, segera basuh mata dengan banyak air setidaknya

selama 15 menit. Dapatkan bantuan medis segera.

Kulit: Jika terjadi kontak, segera basuh kulit dengan banyak air selama 

minimal 15 menit sambil melepaskan pakaian dan sepatu yang 

terkontaminasi. Dapatkan bantuan medis segera. Cuci pakaian sebelum 

digunakan kembali.

Tertelan: Jika tertelan, JANGAN dimuntahkan. Dapatkan bantuan medis

segera. Jika korban sadar penuh, berikan segelas air. Jangan pernah

memberikan apapun melalui mulut kepada orang yang tidak sadarkan diri.

Terhirup: bahan RACUN. Jika terhirup, segera dapatkan bantuan medis.

Pindahkan korban ke udara segar. Jika tidak bernapas, berikan pernapasan

buatan. Jika sulit bernafas, berikan oksigen.


  1. Timbal (II) nitrat (PbNO3)

Sifat Fisika dan Kimia

Keadaan Fisik         : Padat

Penampilan                 : putih

Bau                                 : tidak berbau

pH                                 : 3-4 (20% aq soln)

Tekanan Uap                   : Diabaikan.

Kepadatan Uap         : Tidak tersedia.

Tingkat Penguapan         : Diabaikan.

Viskositas                 : Tidak tersedia

Titik didih                 : Tidak tersedia.

Titik beku/lebur         : 470 derajat C

Suhu Penguraian      : 470 derajat C

Kelarutan                 : Larut.

Berat Jenis/Kerapatan     : 4,53

Rumus Molekul          : (Pb(NO3)2)

Berat Molekul         : 331,20

Bahaya

Berbahaya jika tertelan. Menelan senyawa yang mengandung nitrat dapat

menyebabkan methemoglobinemia. Konsumsi senyawa timbal dapat

menyebabkan efek toksik pada organ pembentuk darah, ginjal, dan sistem 

saraf pusat. Menelan senyawa timbal dapat menghasilkan gejala keracunan 

timbal. Gejala keracunan timbal atau plumbisme termasuk kelemahan, 

penurunan berat badan, kelesuan, insomnia, dan hipotensi. Ini juga 

termasuk sembelit, anoreksia, ketidaknyamanan perut dan kolik.

Terhirup: Berbahaya jika terhirup. Methemoglobinemia ditandai dengan

pusing, kantuk, sakit kepala, sesak nafas, sianosis (perubahan warna 

kebiruan pada kulit karena kekurangan oksigenasi darah), detak jantung 

yang cepat dan darah berwarna coklat kecoklatan. Dapat menyebabkan 

methemoglobinemia.

Kronis:Dapat menyebabkan methemoglobinemia, yang ditandai dengan 

darah berwarna coklat-coklat, sakit kepala, lemah, pusing, sesak nafas.

Penanganan

Mata: Jika terjadi kontak, segera basuh mata dengan banyak air selama 

minimal 15 menit. Dapatkan bantuan medis.

Kulit: Jika terjadi kontak, basuh kulit dengan banyak air. Lepaskan pakaian 

dan sepatu yang terkontaminasi. Dapatkan bantuan medis jika iritasi 

berkembang dan berlanjut. Cuci pakaian sebelum digunakan kembali.

Tertelan: Potensi aspirasi jika tertelan. Dapatkan bantuan medis segera. 

Jangan memaksakan muntah kecuali diarahkan untuk melakukannya oleh 

tenaga medis. Jangan pernah memberikan apapun melalui mulut kepada orang yang tidak sadarkan diri. Jika muntah terjadi secara alami, minta 

korban mencondongkan tubuh ke depan.

Inhalasi: Jika terhirup, pindahkan ke udara segar. Jika tidak bernapas, 

berikan pernapasan buatan. Jika sulit bernafas, berikan oksigen. Dapatkan 

bantuan medis.


  1. Kalium iodida (KI) 

Sifat Fisika dan Kimia

Rumus Molekul          : KI

Keadaan Fisik             : Serbuk kristal

Penampilan             : putih

Bau                             : tidak berbau

pH                             : 7-9

Tekanan Uap            : -

Titik didih             : 1330 °C ~760 mmHg

Titik Beku/Leleh         : 680 °C

Kelarutan                     : Larut.

Berat Jenis/Kerapatan : 3.13

Berat Molekul     : 166

Bahaya

Mata: Menyebabkan iritasi mata ringan.

Kulit: Dapat menyebabkan iritasi kulit. Mungkin berbahaya jika diserap

melalui kulit. Dapat menyebabkan sensitisasi alergi pada individu tertentu.

Tertelan: Dapat menyebabkan iritasi pada saluran pencernaan. Mungkin

berbahaya jika tertelan. Terhirup: Dapat menyebabkan iritasi saluran

pernapasan. Mungkin berbahaya jika terhirup. Dapat menyebabkan 

sensitisasi pernapasan.

Kronis: Dapat menyebabkan efek reproduksi dan janin. Dapat mengganggu

penyerapan yodium kelenjar tiroid dan memperbesarnya.

Penanganan

Mata: Segera basuh mata dengan banyak air selama minimal 15 menit, 

sesekali angkat kelopak mata atas dan bawah. Dapatkan bantuan medis.

Kulit: Segera basuh kulit dengan banyak air selama minimal 15 menit 

sambil melepaskan pakaian dan sepatu yang terkontaminasi. Dapatkan 

bantuan medis jika iritasi berkembang atau berlanjut.

Tertelan: Dapatkan bantuan medis segera. JANGAN menginduksi muntah. 

Jika sadar dan waspada, bilas mulut dan minum 2-4 cangkir susu atau air.

Inhalasi: Hapus dari paparan dan pindahkan ke udara segar segera. Jika 

tidak bernapas, berikan pernapasan buatan. Jika sulit bernafas, berikan 

oksigen. Dapatkan bantuan medis jika batuk atau gejala lain muncul.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR A1 PEMBUATAN LARUTAN

LAPORAN PRAKTIKUM A1 KIMIA DASAR REAKSI PEMBATAS