LAPORAN PRAKTIKUM A2 PENGENALAN ALAT ALAT LABORATORIUM KIMIA
LAPORAN
PRAKTIKUM KIMA DASAR 1
PRAKTIKUM
1 : PENGENALAN ALAT-ALAT LABORATORIUM KIMIA
Nama : - Alifia maylani
(11220960000028)
-
Annisa Putri Jasmin (11220960000030)
-
Adinda Pratiwi (11220960000034)
- Ibnu Ahmad Maulanaa
(11220960000032)
Kelas : Kimia
A2
Program
Studi Kimia
Fakultas
Sains dan Teknologi
Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
2022
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Prinsip Percobaan
Berdasarkan identifikasi alat yang biasa digunakan pada
saat praktikum kimia serta fungsi dari masing-masing alat tersebut, dan
penggunaannya atau cara yang tepat untuk menggunakannya.
1.2
Tujuan Percobaan
1.
Mengetahui macam-macam alat
laboratorium kimia.
2.
Mengetahui fungsi dan cara
menggunakan alat-alat laboratorium kimia.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Ilmu kimia mempelajari bangun (struktur)
materi dan perubahan-perubahan yang di alami materi ini dalam proses-proses
alamiah maupun dalam eksperimen yang di rencanakan. Perspektif kimiawi dunia di
sekitar kita mempesonakan. Perspektif ini dapat di kembangkan lewat pengamatan
dan eksperimen. Dalam kimia, seperti dalam sebuah ilmu pengetahuan alam, orang
terus-menerus membuat pengamatan dan pengumpulan fakta.
Dalam pengamatan dan pengumpulan fakta
tersebut seringkali dilakukan dalam sebuah laboratorium. Di dalam laboratorium
terdapat peralatan mulai dari yang sederhana hingga alat instrumen yang cukup
rumit. Peralatan sederhana seperti alat-alat gelas akan sering dipakai oleh
praktikan selama di dalam laboratorium. Alat-alat instrumen lebih sering di
pakai untuk pengukuran kuantitatif suatu sampel.
Banyaknya alat-alat yang ada di dalam
laboratorium mempunyai fungsi yang berbeda-beda. Alat pemanas seperti pembakar
gas, kaki tiga, segitiga keramik, kasa, krusibel, cawan penguap, dan lain-lain.
Terdapat juga alat gelas dengan fungsi yang bermacam-macam misalnya seperti
alat untuk wadah contohnya botol, alat untuk mereaksikan zat contohnya tabung
reaksi, gelas piala, erlenmeyer, labu
bulat, dan lain-lain, alat untuk mengukur volume contohnya gelas ukur
(pengukuran secara kasar), pipet ukur, pipet volume, buret, labu ukur
(pengukuran secara teliti), dan alat gelas lainnya misalnya corong, kaca
arloji, pipet tetes batang pengaduk,
botol timbang, kondensor, labu destilasi, labu saring, dan lain-lain.
Pengetahuan tentang penggunaan alat-alat ini di perlukan untuk meminimalisir
kecelakaan kerja selama praktikum.
Selain pengetahuan tentang penggunaan
alat, pengetahuan tentang bahan-bahan kimia juga diperlukan. Bahan kimia ada
yang bersifat korosif, volatile, mudah terbakar, dan lainnya. Biasanya lambang
bahaya bahan kimia di tampilkan di kemasan. Dengan adanya lambang tersebut
memudahkan dalam penggunaannya.
Seperti yang telah dijelaskan, bahwa teori
pengenalan alat-alat laboratorium bertujuan untuk membuat praktikan mengetahui
fungsi dan kegunaan alat-alat laboratorium, oleh karena itu fungsi daripada
tiap-tiap alat akan di jelaskan dengan tujuan agar praktikan dapat memahami
secara jelas kegunaan alat-alat laboratorium yang akan di pakai. Pada dasarnya
setiap alat memiliki nama yang menunjukkan kegunaan alat tersebut, prinsip
kerja atau proses yang berlangsung ketika alat digunakan. Penamaan alat-alat
yang berfungsi mengukur biasanya di akhiri dengan kata meter seperti
termometer, hygrometer, spektrofometer, dan lain-lain. Alat-alat pengukur yang
di sertai dengan informasi tertulis, biasanya di beri tambahan “graph” seperti
thermograph, barograph (Moningka, 2008).
Dari uraian tersebut tersirat bahwa nama pada setiap alat menggambarkan mengenai kegunaan alat dan
atau menggambarkan prinsip kerja pada alat yang bersangkutan. Dalam
penggunaannya ada alat-alat yang bersifat umum dan ada pula yang khusus.
Peralatan umum biasanya digunakan untuk
kegiatan reparasi, sedangkan peralatan khusus lebih banyak di gunakan untuk
suatu pengukuran atau penentuan (Moningka, 2008).
Penggunaan beberapa alat gelas dengan
tepat penting untuk di ketahui agar pekerjaan tersebut berjalan dengan baik.
Kesalahan dalam penggunaan alat dapat mempengaruhi hasil yang di peroleh. Oleh
karena itu harus di berikan pelatihan tentang penggunaan alat-alat tersebut.
Penggunaan alat-alat gelas tersebut
haruslah sesuai dengan fungsinya agar pekerjaan tersebut dapat berjalan dengan
baik dan tepat. Apabila terjadi suatu kesalahan atau kekeliruan dalam
penggunaannya akan mempengaruhi hasil yang di peroleh. Ada beberapa macam alat
gelas yang di pakai di laboratorium antara lain : gelas piala (beaker glass),
erlenmeyer, gelas ukur, botol, pipet, corong, tabung reaksi, gelas objek, gelas
penutup, dan cawan petri.
Terdapat dua kelompok alat-alat ukur yang
digunakan pada analisa kuantitatif yaitu : alat-alat yang teliti (kuantitatif)
dan alat-alat yang tidak teliti (kualitatif). Untuk alat-alat yang teliti (kuantitatif)
terdiri dari : buret, labu ukur, pipet volumetrik. Sedangkan untuk alat-alat
yang tidak teliti (kualitatif) terdiri dari gelas ukur, erlenmeyer, dan
lain-lain.
Selain untuk menghindari kecelakaan dan
bahaya, dengan memahami cara kerja dan fungsi dari masing-masing alat,
praktikan dapat melaksanakan praktikum dengan sempurna, kebersihan alat yang
digunakan dan ketelitian praktikan dalam perhitungan sangat mempengaruhi
keberhasilan dalam suatu praktikum, dengan ketelitian dan ketepatan penggunaan
alat maka kesalahan dalam praktikum dapat di minimalisir (Riadi, 1990).
BAB
III
METODE
PERCOBAAN
3.1 Alat
Saat melakukan percobaan tentu saja seorang
praktikan memerlukan alat. Alat yang digunakan dalam percobaan ini yaitu : 1
buah pipet ukur 10 ml, 2 buah kaca arloji, 1 buah gelas ukur 100 ml, 1 buah
batang pengaduk, 1 buah gelas piala 100 ml, 1 buah sendok spatula, 1 buah
Erlenmeyer 100 ml, 1 buah labu ukur 100 ml, 1 buah labu ukur 50 ml, 1 buah
pipet tetes, 1 buah bulp pipet dan 1 buah botol semprot.
3.2 Bahan
Pada percobaan ini juga diperlukan bahan.
Bahan yang dibutuhkan dalam percobaan ini antara lain : aquades 250 ml dan gula
pasir 5 gram.
1.3 Prosedur Percobaan
a. Pembacaan skala
No |
Alat |
Hasil Pembacaan Gelas Ukur |
1. |
Gelas ukur 100 mL |
82 mL |
2. |
Gelas Piala 100 mL |
50 mL |
3. |
Erlenmeyer 100 mL |
50 mL |
Hal yang harus diperhatikan
dalam Pembacaan skala volume larutan adalah, Pertama, memastikan bahwa alat
yang digunakan selama Praktikum berlangsung dalam keadaan bersih dan Steril.
Dan dipastikan bahwa tidak ada zat-zat yang tersisa di dalam alat karena hal
tersebut dapat mempengandhi skala suatu larutan. Kedua, Skala yang ditunjukkan
pada alat gelas terlihat dengan baik dan jelas hal tersebut penting untuk
memudahkan praktikan membaca skala suatu larutan. Ketiga, alat gelas berfungsi
dengan baik (tidak cacat). Keempat, pastikan alat pengukur volume cairan yang digunakan
sesuai dengan tingkat ketelitian yang dikehendaki. Kelima, dalam memindahkan
larutan dari gelas ukur ke wadah lain, lakukan dengan hati-hati agar tidak ada
larutan yang tumpah yang menyebabkan berkurangnya Volume larutan. Keenam,
pembacaan skala harus dipermukaan yang datar dan lautan dalam keadaan diam,
agar larutan dapat stabil, dan ketika membaca skala larutan harus sejajar
antara permukaan cekung larutan (miniskus) dengan mata. Untuk larutan tidak
berwarna, miniskus larutan berupa
cekungan, pembacaan skala dilihat dari ujung bawah cekungan. Sedangkan untuk
larutan berwarna, miniskus larutan berbentuk cembung dan pembacaan skala
dilihat dari ujung bagian atas cembung nya.
Gelas ukur atau labu ukur adalah
alat untuk mengukur jumlah cairan yang terdapat didalamnya. Oleh karena itu,
skala 0 (dalam mililiter, mL) akan terletak di bagian bawah. Masukkan jumlah
zat cair yang akan diukur volumenya, lalu tepatkan dengan pipet tetes sampai
skala yang diinginkan. Yang terpenting adalah cara membaca skala. Skala harus
dibaca tepat pada garis singgung dengan bagian bawah miniskus cairan. Miniskus
adalah garis lengkung (untuk air akan cekung) permukaan cairan karena adanya
gaya adhesi atau kohesi zat cair dengan gelas. Pembacaan skala miniskus harus
sejajar dengan posisi mata. Miniskius dibagi menjadi 2 yaitu: miniskus atas dan
miniskus bawah. Miniskus atas digunakan apabila larutan tersebut berwarna,
sedangkan miniskus bawah digunakan untuk membaca volume dengan larutan berwarna
bening. Miniskus cekung terjadi akibat gaya adhesi yang lebih kuat dari gaya
kohesi. Gaya adhesi adalah gaya tarik Ke zat lain. Sedangkan gaya kohesi adalah
gaya tarik antara sesama zat. Oleh karena itu jika gaya kohesi lebih besar,
maka akan menjadi cembung karena menghindari kaca.
4.2
Penimbangan
No |
Alat dan Bahan |
Massa |
1. |
Kaca Arloji (a) |
44,72 gr |
2. |
(a) + Spatula Gula (b) |
46, 24 gr |
3. |
Gula (c) |
1,52 gr |
Hal-hal
yang perlu diperhatikan saat melakukan penimbangan adalah: Pertama,
membersihkan pan neraca sebelum dan sesudah digunakan untuk memastikan bahwa
tidak ada satu apapun yang menempel di pan, karena akan mempenganhi hasil
penimbangan, misalnya debu. Kedua, tidak boleh berkontak langsung atau
menyentuh pan neraca pada saat penimbangan berlangsung, karena sentuhan pada pan
juga dapat mempengaruhi hasil penimbangan. Ketiga, sebelum meletakkan kaca
arloji di atas pan, pastikan pan sudah dalam kondisi angka nol. Keempat, saat
peletakkan kаса arloji angka diletakkan di tengah pan. Kelima, tunggu angka
neraca hingga stabil atau tidak berubah, perubahan digit angka terakhir masih
diperbolehkan.
Untuk
mengetahui berapa berat gula (c) adalah dengan mengurangi hasil massa kaca
arloji + spatula gula (b) dengan massa gula pasir (a).
Dengan
rumus sebagai berikut:
c = b – a
c = 46,24
gr – 44,72 gr
c = 1,52
gr
4.3 Pengenceran
Larutan
merupakan campuran homogen yang terdiri dari dua zat atau lebih. Suatu larutan
terdiri dari zat terlarut (solute) dan pelarut (solvent). Zat yang jumlahnya
banyak biasanya disebut pelarut, sementara zat yang jumlahnya sedikit disebut
zat terlarut. Tetapi ini tidak mutlak. Bisa Saja dipilih zat yang lebih sedikit
sebagai pelarut, tergantung pada keperluannya, tetapi disini akan digunakan
pengertian yang biasa digunakan untuk pelarut dan terlarut. Campuran yang dapat
saling melarutkan satu sama lain dalam segala perbandingan dinamakan larutan
'miscible'. Udara merupakan larutan miscible. Jika dua cairan yang tidak
bercampur membentuk dua fase dinamakan cairan “Immiscible". Aquades
dalam praktikum kali ini berfungsi sebagai zat pelarut dan sukrosa (gula Pasir)
sebagal zat terlarut.
Karakteristik
antara larutan hasil pengenceran dengan larutan induk adalah larutan hasil
pengenceran memiliki kandungan sukrosa lebih sedikit dari pada larutan induknya, dikarenakan volume zat pelarut (aquades)
dalam larutan hasil pengenceran memiliki volume lebih banyak dari pada larutan
induk.
Banyak
zat pelarut > Banyak zat terlarut
Pengenceran larutan adalah proses penurunan
konsentrasi larutan dengan penambahan zat pelarut seperti aquades kedalam
larutan yang pekat untuk menurunkan konsentrasi larutan dari semula pekat
menjadi lebih encer.
Prinsip
menggunakan labu ukur. Labu ukur memiliki ketelitian tinggi sehingga sering
digunakan untuk mengukur sesuatu dengan keakuratan yang tinggi. Karena dibagian
leher terdapat tanda batas yang menunjukkan volume sebagaimana tertera pada
badan labu ukur. Biasanya berwarna transparan, tetapi ada juga yang berwarna
gelap. Biasanya dilengkapi dengan penutup atau dapat juga dari kelas. Prinsip
Penggunaan labu ukur yaitu pastikan labu ukur yang digunakan sudah steril dan
bebas partikel, pastikan praktikan sudah menyiapkan larutan yang akan
diencerkan ke dalam labu ukur. Gunakan pipet tetes ketika larutan sudah
mendekati garis batas tera. Cara mengocok larutan di dalam labu ukur dengan
membalikkan labu ukur keatas dan bebawah agar lantan tercampur menyeluruh.
Rumus Kimia :
C12H22O11
(Sukrosa)
H2O
( Oksigen)
BAB V
KESIMPULAN
1.
Dari hasil percobaan di atas
mahasiswa mampu mengetahui jenis-jenis peralatan dan instrumen di laboratorium
kimia.
2.
Dari hasil percobaan di atas
mahasiswa mampu mengetahui fungsi dan cara menggunakan peralatan dan instrumen
di laboratorium kimia.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, M.
(2016). Alat Ukur Volume dan Cara Membacanya.
Hariani, F.
(2017). Alat-Alat Gelas Laboratorium. Mataram: Pokiteknik Kesehatan
Mataram.
Lubis, M. (2013
). Pengenalan Alat-Alat Laboratorium .
Mahmudah, R.
(2018). Praktikum Kimia Dasar 1. Malang: Universitas Islam Negri Maulana
Malik Ibrahinm.
Nurhasni, &
Yusraini. (2022). Pedoman Praktikum Kimia Dasar 1. Jakarta: UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
LAMPIRAN
MSDS
Nama bahan kimia :
Aquades
Sifat fisika : Titik
didih 100°C, titik lebur 0°C
Sifat kimia : pH 7,
tidak dapat terbakar
Bahaya : Tidak
berbahaya
Penanganan : Tidak
ada penanganan khusus
Nama bahan kimia :
Sukrosa
Sifat fisika : Titik
lebur 186°C
Sifat kimia : pH 6
pada 100 g/l 20°
Bahaya : Tidak
berbahaya
Penanganan : Tidak
ada penanganan khusus
Komentar
Posting Komentar