LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA A2 PEMBUATAN LARUTAN
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR 1
PRAKTIKUM 2: PEMBUATAN
LARUTAN
Kelas : A2
Kelompok : 4 (Empat)
·
Rachael Gheitsya Aulia R.
(11220960000020)
·
Rizky Yaafi Arif Marpaung
(11220960000022)
·
Siti Nurhabibah (11220960000024)
·
Siti Rajibah Shalma
(11220960000026)
Tanggal : 19 September
Dosen : Nurul Amalia, M.Si
Program
Studi Kimia
Fakultas
Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta
2022
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Prinsip Percobaan
1.2
Tujuan Percobaan
1.
Mampu membuat larutan dari padatan dan dari larutan pekat
2.
Dapat menentukan konsentrasinya dengan berbagai macam satuan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Larutan
Larutan (solution) adalah campuran homogen,
disebut campuran karena terdiri atas dua atau lebih senyawa, dan disebut
homogen karena komposisi dan sifatnya seragam, artinya masing-masing komponen
tidak dapat dilihat secara sendiri-sendiri. (Budiwati, 2019)
Wujud larutan dapat berupa padat, cair, maupun gas.
Namun, lazimnya yang disebut larutan adalah zat cair. (Harjadi, 2000)
Menurut Budiwati (2019), komponen larutan terdiri atas
zat terlarut dan pelarut. Biasanya, zat terlarut atau (solute) adalah
komponen larutan yang jumlahnya paling sedikit dalam larutan. Sedangkan pelarut
(solvent) adalah zat yang jumlahnya paling banyak di dalam larutan.
Berdasarkan komposisi zat terlarutnya, larutan terbagi
menjadi larutan encer dan larutan pekat. Larutan encer adalah larutan yang
mengandung sejumlah kecil solute, relatif terhadap jumlah pelarut.
Sedangkan larutan pekat adalah larutan yang mengandung sebagian besar solute.
(Sutresna, 2007)
Pada umumnya zat yang digunakan sebagai pelarut adalah
air. Selain air, yang berfungsi sebagai pelarut adalah alkohol, amonia,
kloroform, benzena, minyak, dan asam asetat. (Gunawan, 2004)
2.2
Konsentrasi
Menurut Nurhasni dan Yusraini DIS (2022), sifat dari suatu larutan ditentukan oleh konsentrasi. Konsentrasi adalah jumlah zat terlarut (solute) dalam suatu satuan volume atau bobot dari pelarut/larutan. Konsenstrasi suatu larutan dapat dinyatakan dalam beberapa cara diantaranya:
2.2.1
Konsentrasi dalam Persen
1.
Persen massa (% massa)
|
2.
Persen volume (% volume)
|
3.
Persen massa/volume (% massa/volume)
|
2.2.2
Fraksi mol (x)
Fraksi mol terdiri dari fraksi mol pelarut yang ditandai
dengan xpel dan fraksi mol zat terlarut yang ditandai dengan xtel.
|
|
2.2.3
Molaritas (M)
Molaritas adalah jumlah mol zat terlarut per liter
larutan. Molaritas dipengaruhi oleh suhu.
|
M |
= |
molaritas |
n |
= |
mol zat terlarut |
|
V |
= |
volume larutan (L) |
gr |
= |
massa zat terlarut (g) |
|
Mr |
= |
massa molekul relatif |
|
V |
= |
volume larutan (mL) |
2.2.4
Molalitas (m)
Molalitas adalah jumlah mol zat terlarut per kilogram
pelarut. Molalitas tidak bergantung pada suhu.
|
m |
= |
molalitas |
n |
= |
mol zat terlarut |
|
P |
= |
massa pelarut (gram) |
gr |
= |
massa zat terlarut |
|
Mr |
= |
massa mol. relatif |
|
P |
= |
massa pelarut (g) |
2.2.5
Part per million (ppm)
Part per million atau bagian per sejuta menyatakan miligram (mg) zat terlarut dalam 1 kilogram (kg) atau 1 liter larutan.
|
2.2.6
Konsentrasi dalam formalitas
Formalitas (f) adalah banyaknya bobot rumus zat
terlarut per liter larutan, biasanya formalitas sama dengan molalitas.
2.2.7
Konsentrasi dalam normalitas
Normalitas (N) menyatakan banyaknya ekuivalen zat
terlarut per liter larutan. Ekuivalen ini merupakan banyaknya suatu zat yang
memberikan atau bereaksi dengan 1 mol H+ (asam-basa), 1 mol elektron
(redoks), atau 1 mol kation bervalensi satu (pengendapan dan pembentukan
kompleks).
|
N |
= |
normalitas (N) |
gr |
= |
massa zat terlarut (gram) |
|
BE |
= |
berat ekuivalen |
|
V |
= |
volume larutan (mL) |
Dalam membuat larutan standar baik larutan dari
padatan harus dilakukan perhitungan massa padatan yang dibutuhkan untuk membuat
larutan pada konsentrasi tertentu. Sedangkan pada pembuatan larutan dari
larutan pekat, terlebih dahulu harus ditentukan nilai konsentrasi larutan pekat
yang akan digunakan. Oleh karena itu, tentukan dahulu berapa banyak larutan
standar yang akan dibuat dan dihitung berapa banyak larutan asli yang harus
diencerkan. (Nurhasni dan Yusraini DIS, 2022)
|
Dimana:
V1 |
= |
Volume larutan
asli yang digunakan |
N1 |
= |
Konsentrasi
larutan asli |
V2 |
= |
Volume larutan
standar yang akan dibuat |
N2 |
= |
Konsentrasi larutan
standar yang akan dibuat |
BAB III METODE PERCOBAAN
3.1
Alat
Alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah 2 buah labu ukur 100 mL, 1 buah labu ukur 50 mL, 1 buah pipet ukur 5 mL, 1 buah pipet ukur 1 mL, 1 buah gelas ukur 50 mL, 2 buah pipet tetes, 1 buah gelas piala 100 mL, 1 buah corong, 1 buah termometer, 1 buah botol semprot, 1 buah batang pengaduk, dan 1 buah spatula.
3.2
Bahan
Bahan yang digunakan adalah H2SO4 pekat, HCl pekat, NaOH pekat, dan aquades.
3.3
Prosedur Percobaan
3.3.1
Pembuatan Larutan HCl 0,1 N
3.3.2
Pembuatan Larutan Natrium Hidroksida (NaOH) 0,1 N
3.3.3
Pembuatan Larutan H2SO4
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel 1. Hasil Percobaan
Pembuatan Larutan
No. |
Larutan |
Perlakuan |
Saat Percobaan |
||
Massa (g) |
Volume (mL) |
Suhu (°C) |
|||
1. |
HCl |
Volume HCl yang dibutuhkan |
|
0,83 mL |
|
2. |
NaOH |
Massa NaOH yang ditimbang |
0,4 g |
|
|
3. |
H2SO4 |
Berat labu ukur kosong |
32,40 g |
|
|
Berat aquades + labu ukur |
62,76 g |
|
25°C |
||
Berat H2SO4
+ labu ukur |
71,56 g |
|
41°C |
||
Berat campuran |
89,56 g |
|
|
4.1
Pembuatan Larutan HCl 0,1 N 100 mL
Pada percobaan pembuatan larutan asam klorida, sebelum
dilakukannya pencampuran, perlu ditentukan volume HCl pekat yang akan digunakan
menggunakan persamaan pengenceran yaitu:
Hal
ini sesuai dengan pernyataan Nurhasni dan Yusraini DIS (2022) yang menyatakan
bahwa, untuk membuat larutan dari larutan pekat harus ditentukan terlebih
dahulu nilai konsentrasi pekat yang akan digunakan. Dan jika
dilakukan pembuatan larutan dengan konsentrasi lebih kecil dari konsentrasi
awal pengenceran, maka digunakan persamaan pengenceran.
Untuk
mengetahui nilai konsentrasi larutan pekat digunakan persamaan sebagai berikut.
Dari
kedua persamaan diatas diperoleh hasil, untuk membuat larutan HCl 0,1 N
sebanyak 100 mL dibutuhkan 0,83 mL larutan HCl pekat (37%). Setelah volume HCl
pekat ditentukan, pencampuran akan dilakukan.
Semua
halogen yang bereaksi dengan hidrogen dan membentuk senyawa, Hidrogen Flourida
(HF), Hidrogen Klorida (HCl) yang larut dengan air akan membentuk larutan
bersifat asam yang dapat mengubah kertas lakmus biru menjadi merah.
(Sastrohamidjojo, 2018)
Tabel 2. Hasil Percobaan
Pembuatan Larutan HCl
No. |
Konsentrasi |
Hasil |
1. |
Volume (V) |
0,83 mL |
2. |
Normalitas (N) |
12,06 N |
4.2
Pembuatan Larutan NaOH 0,1 N 100 mL
Pada percobaan pembuatan larutan baku primer NaOH,
yang pertama harus dilakukan adalah menentukan massa NaOH yang akan digunakan
dalam pembuatan larutan. Untuk menentukan massa padatan NaOH dapat digunakan
turunan rumus normalitas, yaitu:
Melalui persamaan diatas, didapatkan hasil massa
padatan NaOH yang akan digunakan dalam pembuatan larutan NaOH 0,1 N sebanyak
100 mL adalah 0,4 gram. Padatan akan dilarutkan dengan beberapa mL aquades,
kemudian diencerkan dalam labu ukur 100 mL yang telah di isi aquades, dan
ditambahkan kembali aquades hingga batas tera.
Menurut Sastrohamidjojo (2018), penambahan aquades ke
dalam labu ukur harus dilakukan sebelum memasukkan NaOH karena NaOH bersifat
korosi. Larutan ini dinyatakan sebagai basa dan dapat dinetralkan dengan asam
klorida, dan bila diuapkan akan membentuk padatan yang berwarna putih.
H2O dan NaOH merupakan dua senyawa bersifat
polar. Senyawa yang bersifat polar hanya akan melarutkan senyawa lain yang juga
bersifat polar. Hal ini menjelaskan mengapa padatan NaOH dapat larut dalam air.
Tabel 3. Hasil Percobaan
Pembuatan Larutan NaOH
No. |
Konsentrasi |
Hasil |
1. |
Massa (g) |
0,4 g |
4.3
Pembuatan Larutan H2SO4 50 mL
Tabel 4. Hasil Percobaan
Pembuatan Larutan H2SO4
No. |
Perlakuan |
Massa (g) |
Suhu (°C) |
1. |
Berat labu ukur kosong |
32,40 g |
|
2. |
Berat aquades + labu ukur |
62,76 g |
25°C |
3. |
Berat H2SO4 + labu
ukur |
71,56 g |
41°C |
4. |
Berat campuran |
89,56 g |
|
Pada percobaan pembuatan larutan H2SO4,
terjadi kenaikan suhu dari T1 atau suhu air 25°C menjadi T2
41°C setelah penambahan H2SO4 pekat. Kenaikan suhu yang
terjadi disebut sebagai reaksi eksoterm.
Menurut KBBI, reaksi eksoterm adalah kalor hasil dari
adanya proses pembakaran kemudian berpindah dari sistem ke lingkungan. Dapat
disimpulkan, reaksi eksoterm adalah reaksi yang menghasilkan panas atau kalor.
Penambahan beberapa mL aquades ke dalam labu ukur
sebelum memasukkan H2SO4 dilakukan agar kalor yang
dihasilkan dari reaksi tersebut tidak menyebabkan terjadinya ledakan. (Nisa,
2016)
Tabel 5. Hasil Penghitungan Konsentrasi Larutan H2SO4
No. |
Konsentrasi |
Hasil |
1. |
(% w/w) |
15,28% |
2. |
(% v/v) |
6% |
3. |
(% w/v) |
16,16% |
4. |
Molaritas (M) |
1,8 M |
5. |
Molalitas (m) |
1,86 m |
6. |
Normalitas |
3,6 N |
7. |
Part per million (ppm) |
176.000 ppm |
8. |
Fraksi mol terlarut (Xtel) |
0,0323 |
9. |
Fraksi mol pelarut (Xpel) |
0,967 |
BAB V KESIMPULAN
1.
Larutan terdiri atas zat terlarut (solute) dan pelarut
(solvent). Untuk membuat sebuah larutan dari padatan dilakukan dengan
menghitung massa suatu padatan senyawa pekat yang akan digunakan. Dan untuk
membuat larutan dari pengenceran larutan pekat dilakukan dengan menghitung
volume larutan pekat yang dibutuhkan sesuai dengan konsentrasi larutan yang
diinginkan dengan menggunakan persamaan pengenceran.
2.
Konsentrasi adalah jumlah zat terlarut (solute) dalam suatu
satuan volume atau bobot dari pelarut/larutan. Konsentrasi dapat dinyatakan
dalam satuan persen yang meliputi persen massa/massa (% w/w), persen
volume/volume (% v/v), dan persen massa/volume (% w/v). Konsentrasi juga dapat
dinyatakan dalam molaritas (M), molalitas (m), part per million (ppm),
formalitas (f), normalitas (N), dan fraksi mol (x) yang meliputi fraksi mol
terlarut (xtel) dan fraksi mol pelarut (xpel).
DAFTAR PUSTAKA
Budiwati, Rini. 2019. Kimia Dasar. Bandung: Institut Teknologi Nasional.
Chang, Raymond. 2005. Kimia Dasar: Konsep – Konsep Inti. Edisi Ketiga. Jakarta: Erlangga.
Gunawan, Adi dan Roeswati. 2004. Tangkas Kimia. Kartika. Surabaya.
Nisa, Khoirun. 2016. Ekstraksi Alumina Oksida (Al2O3) Dari Tanah Liat Dengan Variabel Suhu Dan Konsentrasi Asam Sulfat. Lantanida Journal, 4. Banda Aceh: Fakultas Sains dan Teknologi UIN Ar-Raniry Banda Aceh.
Nurhasni dan Yusraini DIS. 2022. Pedoman Praktikum Kimia Dasar 1 Program Studi Kimia, Fakultas Sains dan Teknologi. Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Sastrohamidjojo, Hardjono. 2018. Kimia Dasar. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.
Sutresna,
Nana. 2007. Kimia. Bandung: Grafindo Media Pertama
LAMPIRAN
a.
Dokumentasi Percobaan
Gambar 1. Penimbangan Padatan NaOH |
|
| Gambar 2. Hasil Percobaan Pembuatan Larutan HCl |
| Gambar 3. Hasil Percobaan Pembuatan Larutan NaOH |
| Gambar 4. Hasil Percobaan Pembuatan Larutan H2SO4 |
b.
Jawaban Pertanyaan
1) Perhitungan volume HCl pekat yang dibutuhkan untuk pembuatan larutan HCl 0,1 N 100
2) Perhitungan massa padatan NaOH yang dibutuhkan untuk pembuatan larutan NaOH 0,1 N 100 mL.
3)
Perhitungan konsentrasi larutan H2SO4
50 mL.
· Persen massa/massa
· Persen volume/volume
· Persen massa/volume
· Molaritas
· Molalitas
· Normalitas
· Part per million
· Fraksi mol
Komentar
Posting Komentar