LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA A2 LARUTAN PENYANGGA

 

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR 1

PRAKTIKUM 8: LARUTAN PENYANGGA (BUFFER)

 

 


Kelas              : 1A2

Kelompok      : 1 (Satu) & 3 (Tiga)

·       Aditya Muhammad Fakhri

·       Aquilla Annasya

·       Chantika Anindhi 

·       Indah Pratiwi

·      Kultsum Az-Zahra  

·      Naufal  Aulia Ilham  


Tanggal          : 21 November 2022

Dosen             : Nurul Amilia, M.Si

 

 


Program Studi Kimia

Fakultas Sains dan Teknologi

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

2022



BAB I

PENDAHULUAN


        1.1. Prinsip Percobaan

        Prinsip percobaan pada praktikum kali ini adalah dengan menambahkan indikator metil        orange/pp, mengukur pH menggunakan pH meter, lalu menambahkan beberapa tetes larutan HCl/NaOH dan diukur kembali pHnya menggunakan pH meter, Selain itu juga membandingkan hasil pH sebelum dan sesudah ditambahkan larutan HCl/NaOH. Jika larutan dapat mempertahankan pH atau perubahan pH yang tidak signifikan, maka larutan tersebut merupakan larutan penyangga (buffer).                                                                                                                   
1.2. Tujuan Percobaan                                                                                                                            
1. Mahasiswa mampu membedakan larutan penyangga dan bukan penyangga.
2. Mahasiswa mampu menjelaskan prinsip kerja larutan penyangga (buffer) dalam
mempertahankan nilai pH.
3. Mahasiswa mampu menjelaskan hubungan perubahan rasio komponen larutan
buffer terhadap perubahan pH.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

        Larutan Penyangga atau buffer merupakan larutan yang mana mamou menahan perubahan pH ketik asam atau basa dalam jumlah yang sedikit ditambahkan atau ketika diencerkan. Ini sangat berguna untuk mempertahankan pH dalam reaksi pada nilai yang optimum. Larutan buffer dibuat dengan mencampurkan asam lemah dengan garamnya atau basa lemah dengan garamnya. Asamnya bereaksi dengan tiap ion hidroksi (OH) yang ditambahkan dalam larutan, sedangkan basa konjugatnya/garamnya bereaksi dengan ion hidrogen (H+) (Christian, 1980).
 
        Larutan penyangga/buffer adalah campuran asam lemah dengan garamnya atau mempertahankan pH suatu larutan, walaupun ditambahkan sedikit asam atau basa. Jika ditinjau satu campuran asam lemah (CH3COOH) dengan garamnya (CH3COONa).
CH3COONa → CH3COO- + Na+ ..... (1)
CH3COOH → CH3COO- + H+ ..... (2)
        Karena adanya ion asetat (CH3COO-) dalam jumlah banyak yang berasal dari disosiasi CH3COONa, Kesetimbangan reaksi (2) akan bergeser ke ruas kiri, ke arah pembentukan CH3COOH. Larutan ini mempunyai pH tertentu yang akan bertahan baik sekali, larutan ini disebut larutan penyangga.
[H+] = Ka 𝐂𝐚𝐂𝐠
Maka:
pH = pKa - log 𝐂𝐚𝐂𝐠
= pKa + log 𝐂𝐠𝐂𝐚
Dimana:
Ka = tetapan kesetimbangan asam
Ca = konsentrasi asam dalam molaritas (M)
Cg = konsentrasi garam dalam molaritas (M)                                                                                 
        Jika larutan di atas ditambahkan asam kuat (ion hidrogen) konsentrasi ion hidrogen tidak berubah maka akan bergabung dengan ion asetat yang tak terdisosiasi bertambah.
           CH3COO- (aq) + H+ (aq) → CH3COOH(aq)
        Jika larutan ditambah basa kuat (ion hidroksil) maka akan bereaksi dengan asam asetat, sedangkan konsentrasi ion hidrogen dengan hidroksil tidak berubah banyak.
            CH3COOH(aq) + OH- (aq) → CH3COO- (aq) + H2O(l)
Demikian pula halnya dengan penambahan asam lemah (NH4OH) dan garamnya (NH4Cl) menunjukkan yang sama dengan di atas, yang mana:
NH4OH + OH- → NH4 + OH-
[OH-] = Kb Cb/ Cg
Maka:
pOH = pKb – log Cg/ Cb
atau:
pH = 14 – (pKb + log Cg/Cb) (Nurhasni, dkk., 2019)                                                                                                                            
        Larutan buffer adalah kombinasi asam lemah dan basa konjugat lemahnya; larutan ini bereaksi dengan sedikit asam atau basa yang ditambahkan sedemikian rupa sehingga pH larutan tetap tidak berubah. Sistem buffer memainkan peran penting dalam mempertahankan pH dari cairan tubuh (Chang, 2005: 157).

BAB III

METODE PERCOBAAN 

3.1. Alat

Alat-alat yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah 4 buah erlenmeyer ukuran 100 ml, gelas piala ukuran 100 ml sebanyak 5 buah, sebuah pipet ukur ukuran 10 ml, pipet tetes sebanyak 6 buah, sebuah pH meter, Gelas ukur 50 ml 1 buah, botol semprot 1 buah, spatula satu buah, dan cawan arloji satu buah.

3.2. Bahan

Bahan-bahan yang akan digunakan dalam praktikum kali ini yaitu diantaranya HCl 0,1 N, CH3COOH 0,1 N, CH3COONa 0,2 N, NaOH 0,1 N, NH4OH 0,8 N, NH4Cl kristal, NH3, Indikator PP, Indikator metil orange, dan aquades.

3.3. Prosedur Percobaan

1.Membedakan Larutan Penyangga dan Bukan Penyangga 



2.Pembuatan Larutan Penyangga
Larutan penyangga basa lemah dengan garamnya


Larutan penyangga asam lemah dengan garamnya


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

        A. Membedakan Larutan Penyangga

No

Isi tabung

Indikator

Penambahan HCl

Penambahan NaOH

Jumlah tetes

Perubahan warna

kesimpulan

1.

Aquades (10mL)

Metil orange

✔️

 

2

Kuning menjadi

 orange

Bukan larutan buffer karena tidak dapat mempertahankan pH

2.

Aquades (10mL)

PP

 

✔️

1

Bening menjadi pink

Bukan larutan buffer karena tidak dapat mempertahankan pH

3.

Aquades (8mL) + CH3COOH 1mL + CH3COONA 1mL

Metil Orange

✔️

 

35

Kuning menjadi orange

Termasuk larutan penyangga (Buffer) karena dapat mempertahankan pH

4.

Aquades (8mL) + CH3COOH 1mL + CH3COONA 1mL

PP

✔️

 

15

Bening menjadi pink

Termasuk larutan penyangga (Buffer) karena dapat mempertahankan pH

        Tabel 4.1 Hasil pengamatan membedakan larutan penyangga

        B. Larutan Buffer Basa

Larutan

pH sebelum+NaOH

pH sesudah+NaOH

pH teoritis

NH4OH+NH4Cl

10,41

10,34

10

        


        Larutan penyangga asam lemah dengan garamnya

Erlenmeyer 100mL

V CH3COOH 0,1N

V CH3COONa 0,1N

V CH3COONa 0,2N

A

10mL

15mL

-

B

5mL

-

10mL

C

5mL

5mL

-

D

12,5mL

-

2,5mL

        
        C. Larutan Buffer Asam

Larutan

pH sebelum+HCl

pH sesudah+HCl

pH teoritis

A

5,10

5,01

4,95

B

5,36

5,48

5,36

C

5,11

4,86

4,77

D

4,42

4,43

4,37


        Pembahasan
        Larutan penyangga asam dalam mempertahankan pH adalah setiap penambahan H+ akan dinetralkan oleh basa konjugasi, setiap penambahan OH- akan dinetralkan oleh asam lemah, dan setiap pengenceran denga H2O maka memperbesar jumlah ion H+ dan basa kojugasi dari ionisasi asam lemah namun penambahan konsentrasi H+ menjadi tidak berarti karena volume larutan juga bertambah. Larutan penyangga basa adalah mempertahankan setiap penambahan H+ akan dinetralkan oleh basa lemah, setiap penambahan OH- akan dinetralkan oleh asam konjugasi, dan setiap pengenceran dengan H2O akan memperbesar jumlah ion OH- menjadi tidak berarti karena volume larutan juga bertambah. larutan penyangga merupakan larutan yang mampu mempertahankan nilai pHnya meskipun ditambahkan sedikit asam atau sedikit basa . Kemampuan ini dipengaruhi oleh kandungan larutan buffer itu sendiri, yakni adanya asam lemah dengan basa konjugasinya, atau basa lemah dengan asam konjugasinya yang dapat saling mempertahankan nilai pH.

A.    Membedakan Larutan Penyangga

·       Aquades (indikator metil orange)

Penambahan indikator metil orange pada aquades menghasilkan perubahan warna dari bening ke kuning. Hal ini disebabkan karena zat warna metil orange merupakan zat warna anionik atau sering disebut dengan zat warna asam. Metil orange mempunyai trayek pH antara 3,1 – 4,4, berwarna merah dalam keadaan asam dan berwarna kuning dalam keadaan basa. Pada saat aquades ditetesi metil orange, maka larutan tersebut berada dalam suasana basa karena mengalami perubahan warna dari bening dan kuning. Kemudian, pada saat penambahan sedikit HCl (2 tetes), larutan tersebut mengalami perubahan warna kembali. Yang awalnya berwarna kuning, berubah menjadi warna orange. Maka bisa ditarik kesimpulan bahwa larutan ini bukan larutan penyangga karena larutan tersebut tidak dapat mempertahankan pHnya.

·       Aquades (indikator PP)

Pada percobaan kedua, terdapat penambahan indikator PP pada aquades. Indikator PP digunakan agar titik akhir titrasi dapat mudah terlihat karena perubahannya membuat larutan yang mulanya tidak berwarna menjadi berwarna. Range pH pada indikator PP yaitu berkisar 8,3 - 10,0. Jika pH larutan di bawah 8,3 maka larutan tersebut tidak berwarna, sehingga larutan tersebut berada dalam suasana asam. Pada saat aquades ditetesi indikator PP, larutannya tetap bening atau tidak mengalami perubahan warna. Hal ini disebabkan karena larutan tersebut berada dalam suasana asam. Pada saat ditambahkan dengan sedikit basa (NaOH) sebanyak 2 tetes, larutan tersebut mengalami perubahan warna menjadi warna pink magenta. Hal ini diakibatkan oleh perubahan keadaan larutan yang semula asam menjadi dalam suasana basa. Maka, bisa ditarik kesimpulan bahwa larutan ini bukan merupakan merupakan larutan penyangga. Hal ini dikarenakan larutan tersebut tidak dapat mempertahankan pH nya. Yang semula asam, berubah menjadi basa.

·       Aquades+CH3COONa+CH3COOH (indikator metil oraage)

Larutan penyangga asam ini mampu mempertahankan pH-nya jika kedalam larutan ditambahkan sedikit asam kuat atau basa kuat. Hal ini karena larutan ini mempunyai prinsip jika ditambahkan asam, ion H+ asam tersebut akan dinetralkan oleh ion dari basa konjugasinya dalam larutan. Misalnya, dalam larutan penyangga antara CH3COOH dan CH3COO- ditambahkan sedikit asam, ion H+ asam akan bereaksi dengan ion CH3COO-

membentuk CH3COOH sehingga pH larutan menjadi tetap, dan persamaan reaksinya adalah

H+ + CH3COO → CH3COOH.

Ketika larutan ini ditetesi indikator metil orange, larutan mengalami perubahan warna dari bening menjadi kuning. Larutan ini merupakan larutan penyangga asam. Ketika ditambahkan HCl sebanyak 35 tetes, warnanya berubah menjadi orange. Perubahan warna yang tidak signifikan ini membuat larutan ini masih dalam keadaan yang sama, yaitu suasana asam. Hal ini sejalan dengan trayek pH metil orange antara 3,1-4,4.

·       Aquades+CH3COONa+CH3COOH (indikator PP)

Larutan penyangga asam CH3COONa + CH3COOH ini mampu mempertahankan pH-nya jika kedalam larutan ditambahkan sedikit asam atau basa. Larutan ini mempunyai prinsip, jika ditambahkan sedikit larutan basa, ion OH- basa tersebut akan bereaksi dengan ion asam dalam larutannya. Jika ke dalam larutan ditambahkan sedikit basa, ion OH- basa akan dinetralkan oleh CH3COOH sehingga pH-nya menjadi tetap.

OH- + CH3COOH → CHCOO- + HO

Larutan masih tetap bening ketika ditambahkan indikator PP. Range pH pada indikator PP yaitu berkisar 8,3-10,0. Ketika larutan ini ditambahkan sedikit basa, warnanya berubah menjadi pink. Penambahan NaOH dilakukan sebanyak 15 tetes. Oleh karena itu larutan penyangga asam ini baru dapat mengubah warnanya menjadi pink ketika volume NaOH yang digunakan tidak sedikit, sehingga menghasilkan warna sesuai dengana teori. Maka dapat ditarik kesimpulan bahwa larutan ini termasuk larutan penyangga karena dapat mempertahankan pHnya.

B. Larutan Buffer Basa

Berdasarkan tabel hasil pengamatan NH4OH + NH4Cl merupakan larutan penyangga. NH4OH berperan sebagai basa lemah dan NH4Cl berperan sebagai garamnya. Ketika diukur menggunakan pH meter sebelum penambahan NaOH pHnya adalah 10,41. Setelah penambahan NaOH pHnya berubah menjadi 10,34. Karena perubahan pH yang tidak signifikan menandakan bahwa larutan tersebut adalah larutan penyangga (buffer). Larutan penyangga (buffer) ini merupakan larutan penyangga (buffer) basa karena memiliki pH > 7. Pada penambahan NaOH, NaOH bereaksi dengan NH4Cl sehingga jumlah NH3 bertambah dan jumlah NH4Cl berkurang

NH4Cl + NaOH → NH4OH + NaCl

pH yang dimiliki adalah 10,34, sedangkan untuk hasil perhitungan teoritis didapatkan hasil 10,00.

C. Larutan Buffer Asam 

          Berdasarkan teori Asam-Basa Arrhenius, larutan yang mengandung campuran asam lemah dan garam yang aniónnya. Sesama dengan asam lemah tersebut akan membentuk larutan penyangga. Demikian juga jika larutan mengandung campuran basa lemah dan garam yang kationnya senama dengan basa lemah akan membentuk larutan penyangga berdasarkan Teori Asam-Basa Bronsted Lowry, larutan yang mengandung campuran dan pasangan asam lemah dan basa konjugasi atau basa lemah dan asam konjugasinya akan membentuk larutan penyangga. Prinsip larutan penyangga berdasarkan teori asam basa Arrhenius terbatas hanya untuk campuran asam lemah dan garamnya atau basa lemah dan garamnya, sedangkan prinsip berdasarkan Bronsted - Lowry lebih umum, selain asam lemah dan garamnya, juga mencakup basa dan garamnya (sunarya, 2010).


    Pada praktikum ini menggunakan indikator Metil orange dan Indikator fenolftalein (pp). Methyl orange merupakan salah satu zat warna sintetik yang termasuk dalam golongan azo. zat warna ini banyak digunakan pada industri tekstil, makanan, kertas dan kulit, senyawa ini juga digunakan sebagai indikator asam basa pada proses titrasi perubahan warna merah menjadi kuning pada kisaran PH 3,1-4,4 (Mehra and Sharma, 2012). Sedangkan menurut Ibrahim (2016) indikator fenolftalein adalah indikator satu warna dengan trayek pH pada, pH 8,10-3,6 (dan mula-mula timbulnya warna sampai tidak terjadi perubahan warna lagi). Bentuk asamnya tak berwarna dan bentuk biasanya berwarna merah muda.



Larutan penyangga adalah suatu sistem larutan yang dapat mempertahankan nilai pH larutan agar tidak terjadi perubahan PH yang berniti oleh penambahan asam atau basa maupun pengenceran (studio belajar, 2021)


Sedangkan menurut studiobelajar (2021) larutan buffer asam yang mempertahankan pH pada nuansa asam (pH <7). Larutan buffer asam terdiri dan komponen asam lemah (HA) dan basa konjugasinya (A-). Larutan seperti ini dapat diperoleh dengan;


• Mencampurkan asam lemah (HA) dengan garam basa Konjugasinya (LA, yang dapat terionisasi menghasilkan ion A).


• Mencampurkan suatu asam lemah dalam jumlah berlebih dengan suatu basa kuat sehingga bereaksi menghasilkan garam basa konjugasi dan asam lemah tersebut. 


• contoh larutan penyangga yang mengandung CH3COOH dan CH3COO-


Dalam larutan tersebut, terdapat kesetimbangan kimia: CH3COOH = CH3COO+ H+


Pada penambahan asam (H+), kesetimbangan akan bergeser kekanan, sehingga reaksi mengarah pada pembentukan CH3COOH. Dengan kata lain, asam yang ditambahkan akan dinetralisasi oleh komponen basa konjugasi (CH3COO-) (Studio belajar, 2021).


Pada penambahan basa (OH-), kesetimbangan akan bergeser kekanan, yakni reaksi pembentukan CH3COO- dan H+. Sebagaimana untuk mempertahankan konsentrasi ion H+ yang berkurang karena OH- yang ditambahkan bereaksi dengan H+ membentuk H₂O. Dengan kata lain, basa yang ditambahkan akan disterilisasi oleh komponen asam lemah (CH3COOH) (studio belajar, 2021).


Pada percobaan larutan penyangga asam lemah dengan garamnya yaitu CH3COOH yang bertindak sebagai asam lemah, Lalu CH3COONa bertindak sebagai garamnya. Ketika larutan tersebut ditambahkan asam HCl, maka H+ akan bereaksi dengan CHSCOO- dan CH3COONa. Akibatnya, penambahan asam tersebut tidak akan mengubah pH secara signifikan. Maka kesetimbangan bergeser ke kiri.


Dari rumus tersebut didapat nilai pH secara teoritis pada percobaan larutan penyangga asam lemah dengan garamnya. Dan perhitungan secara teoritis, terdapat perbedaan nilai pH jika diukur secara langsung menggunakan pH meter, perbedaaan tersebut bisa terjadi karena kesalahan pada alat atau praktikan yang belum berpengalaman.


Dilihat dan tabel hasil pengamatan, pH sebelum dan sesudah ditambah larutan HCl tidak ada perubahan yang signifikan. Ini karena adanya penyangga yang menahan dan menjaga nilai pH dalam landasan tersebut.


 

 BAB V

KESIMPULAN

Dari percobaan Larutan Penyangga/Larutan Buffer dapat ditaik kesimpulan sebagai berikut :

·       Larutan penyangga dapat dibentuk melalui beberapa cara, yaitu campuran asam lemah dan basa konjugasinya serta campuran basa lemah dan asam konjugasinya. Penambahan sedikit asam, basa dan air pada larutan penyangga tidak menyebabkan perubahan harga pH campuran tersebut.

·       Larutan penyangga dapat mempertahankan nilai pH sehingga tidak mengalami perubahan akibat penambahan air (pengenceran), sedikit asam ataupun sedikit basa. Berbeda dengan larutan bukan penyangga, bahwa penambahan asam, basa maupun air dapat merubah pH campuran.

·       Perbedaan perubahan pH pada larutan penyangga sangat kecil sekali. Perubahan pH terjadi setelah penambahan beberapa ml larutan asam, basa atau air (dengan volume penambahan yang cukup besar). Sedangkan perubahan pH pada larutan bukan penyangga cukup besar dibandingkan perubahan pH pada larutan penyangga.

·       Prinsip kerja larutan penyangga dalam mempertanakan pH, yaitu larutan penyangga mengandung komponen asam dan basa lemah, dengan asam dan basa konjugasinya, sehingga dapat mengikat baik ion H+ ataupun ion OH-. Sehingga penambahan sedikit asam kuat atau basa kuat serta sedikit pengenceran tidak bisa mengubah pH-nya secara signifikan. 

   

DAFTAR PUSTAKA

Nurhasni, Yusraini. 2022. Pedoman Praktikum Kimia Dasar 1. Jakarta : UIN Syarif Hidayatullah  

Jakarta.

       K3 LMC. 2021. Majalah MSDS (Material Safety Data Sheets).

       Chang, Raymond. 2004. Kimia Dasar : Konsep-Konsep Inti Edisi Ke-3 Jilid 2. Jakarta: Erlangga.

       Oxtoby, David W. 2003. Prinsip-Prinsip Kimia Modern Edisi Ke-4 Jilid 2. Jakarta : Erlangga.

       Muin, fathul. 2012. Larutan Buffer Laboratorium Kimia. Makalah.

       Rahman, Abdul Gholib. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta : Pustaka Pelajar


LAMPIRAN 

1.Membedakan Larutan Penyangga dan Bukan Penyangga


Indikator MO + Aquades




Indikator PP + Aquades


Indikator MO + Larutan natrium asetat


Indikator PP + Larutan natrium asetat


2.Pembuatan Larutan Penyangga

Larutan penyangga basa lemah dengan garamnya 


 Kiri : Sebelum ditambahkan NaOH

Kanan : Sesudah ditambahkan NaOH


Larutan penyangga asam lemah dengan garamnya

1.Larutan A 


Sebelum ditambahkan HCl


Sesudah ditambahkan HCl

2.Larutan B


Sebelum ditambahkan HCl


Sesudah ditambahkan HCl

3.Larutan C


 Sebelum ditambahkan HCl


Sesudah ditambahkan HCl

4.Larutan D

 


Kiri : Sebelum ditambahkan HCl

Kanan : Sesudah ditambahkan HCl


LAMPIRAN 

                Perhitungan pH teoritis





Material Safety Data Sheets (MSDS)

1.     Asam asetat (CH3COOH)

Sifat Fisika dan Kimia

Rumus molekul : CH3COOH

Massa molekul : 60,05 g/bln

Keadaan fisik : Cair

Warna : Tidak berwarna

Bau : Bau menyengat/mengiritasi Bau cuka

pH : 2,4 (0,1 mol/l)

Titik lebur : 17 °C (1013 hPa)

Titik didih : 118 °C (1013 hPa)

Titik nyala : 39 °C (1013 hPa)

Tekanan uap : 20,79 hPa (25 °C)

Kepadatan relatif : 1,04 (25 °C)

Berat jenis / densitas : 1040 kg/m³ (25 °C)

Bahaya :

Cairan mudah terbakar Kategori 3 H226 Cairan dan uap mudah terbakar

Toksisitas akut (penghirupan:uap) Kategori 4 H332 Berbahaya jika terhirup

Korosi/iritasi kulit Kategori 1B H314 Menyebabkan kulit terbakar parah dan kerusakan mata Kerusakan mata berat/iritasi mata Kategori 1 H318 Menyebabkan kerusakan mata berat

Berbahaya bagi lingkungan akuatik - Kategori Bahaya Akut 3 H402 Berbahaya bagi kehidupan akuatik

Pencegahan :

setelah kontak dengan kulit : Segera cuci dengan banyak air (15 menit)/mandi. Jangan gunakan penetralisir (kimia) agen tanpa saran medis. Lepaskan pakaian saat mencuci. Tutup luka dengan perban steril. Konsultasikan dengan dokter/pelayanan medis. Jika permukaan yang terbakar > 10%: bawa korban ke rumah sakit.

setelah kontak mata : Segera bilas dengan banyak air selama 15 menit. Lepas lensa kontak, jika ada dan mudah untuk dilakukan. Lanjutkan membilas. Jangan gunakan agen penetral (kimia) tanpa medis. Bawa korban ke dokter mata.

setelah tertelan : Bilas mulut dengan air. Segera setelah tertelan: beri banyak air untuk diminum. Jangan diinduksi muntah. Jangan gunakan zat penetral (kimia) tanpa saran medis.

setelah terhirup : Pindahkan korban ke udara segar. Segera konsultasikan ke dokter/pelayanan medis.

2.     Natrium asetat (CH3COONa)

Sifat Fisika dan Kimia

Bentuk : Padat

Warna : Tidak berwarna

Bau : Asam asetat lemah

pH : 7,5 - 9,2 pada 50 g/l 20 °C

Titik lebur : 58 °C

Penanganan :

Setelah menghirup: hirup udara segar.

Bila terjadi kontak kulit: Tanggalkan segera semua pakaian yang terkontaminasi. Bilaslah kulit dengan air/ pancuran air.

Setelah kontak pada mata : bilaslah dengan air yang banyak. Lepaskan lensa kontak.

Setelah tertelan: beri air minum kepada korban (paling banyak dua gelas). Konsultasi kepada dokter jika merasa tidak sehat.

3.     Amonium klorida (NH4Cl)

Sifat Fisika dan Kimia :

Keadaan Fisik : Serbuk kristal

Penampilan : tidak berwarna atau putih

Bau : tidak berbau

pH : 5,0 (10% sol pada 25C)

Tekanan Uap : 1 mm Hg @ 160,4C

Titik didih : 520 deg C

Titik Beku/Leleh : 328 deg C

Kelarutan : 39,6% pada 176F.

Berat Jenis : 1,53 (Air=1)

Rumus Molekul : NH4Cl

Berat Molekul : 53,49

Identifikasi Bahaya :

Mata: Menyebabkan iritasi mata. Kulit: Dapat menyebabkan iritasi kulit. Mungkin berbahaya jika diserap melalui kulit. Tertelan: Berbahaya jika tertelan. Dapat menyebabkan iritasi pada saluran pencernaan. Dapat menyebabkan toksisitas sistemik dengan asidosis. Inhalasi: Jika dipanaskan, debu atau asap dapat menyebabkan iritasi saluran pernapasan. Mungkin berbahaya jika terhirup. Asap amonium klorida dapat menyebabkan alergi seperti asma. Paparan di masa depan dapat menyebabkan serangan asma dengan sesak napas, mengi, batuk, dan/atau sesak dada. Kronis: Kontak kulit yang berkepanjangan atau berulang dapat menyebabkan dermatitis.

Penanganan :

Mata: Segera basuh mata dengan banyak air selama minimal 15 menit, sesekali angkat kelopak mata atas dan bawah. Dapatkan bantuan medis.

Kulit: Dapatkan bantuan medis. Segera basuh kulit dengan banyak air selama minimal 15 menit sambil melepaskan pakaian dan sepatu yang terkontaminasi. Tertelan: Jangan memaksakan muntah. Dapatkan bantuan medis segera. Hubungi pusat kendali racun. Penghirupan: Jauhkan dari paparan dan segera pindahkan ke udara segar. Jika sulit bernafas, berikan oksigen. Dapatkan bantuan medis. Jangan gunakan resusitasi mulut ke mulut jika korban menelan atau menghirup zat tersebut; menginduksi pernapasan buatan dengan bantuan masker saku yang dilengkapi dengan katup satu arah atau perangkat medis pernapasan lain yang sesuai.

4.     Amonium hidroksida (NH4OH)

Sifat Fisika dan Kimia :

Keadaan Fisik : Cair

Penampilan : jernih, tidak berwarna

Bau : bau menyengat - seperti amonia

pH : 13,6

Tekanan Uap : 557 mm Hg @ 21 derajat C

Densitas Uap : 0,59 (udara=1)

Titik didih : 27 derajat C

Titik Beku/ Leleh : -69 derajat C

Kelarutan : Larut.

Berat Jenis : 0,89

Rumus Molekul : NH4OH

Berat Molekul : 35,04

Bahaya :

Mata: Menyebabkan luka bakar pada mata. Lachrymator (zat yang meningkatkan aliran air mata). Kulit: Menyebabkan kulit terbakar. Mungkin berbahaya jika diserap melalui kulit. Tertelan: Berbahaya jika tertelan. Menyebabkan luka bakar pada saluran pencernaan. Menyebabkan penyempitan tenggorokan, muntah, kejang, dan syok. Inhalasi: Menyebabkan luka bakar kimia pada saluran pernapasan. Toksik jika terhirup. Dapat menyebabkan gagal jantung dan edema paru. Dapat menyebabkan efek sistem saraf pusat. Kronis: Dapat menyebabkan kerusakan hati dan ginjal. Eksperimen laboratorium telah menghasilkan efek mutagenik. Paparan kronis dapat menyebabkan efek darah. Penelitian pada hewan telah melaporkan perkembangan tumor.

Penanganan :

Mata: Segera basuh mata dengan banyak air selama minimal 15 menit, sesekali angkat kelopak mata atas dan bawah. Dapatkan bantuan medis segera.

Kulit: Dapatkan bantuan medis segera. Segera basuh kulit dengan banyak air selama minimal 15 menit sambil melepaskan pakaian dan sepatu yang terkontaminasi.

Tertelan: Jangan memaksakan muntah. Dapatkan bantuan medis segera. Hubungi pusat kendali racun.

Inhalasi:Hapus dari paparan dan pindahkan ke udara segar segera. Jika sulit bernafas, berikan    oksigen. KECEPATAN ADALAH PENTING, DAPATKAN BANTUAN MEDIS SEGERA. Jangan gunakan resusitasi mulut ke mulut jika korban menelan atau menghirup zat tersebut; menginduksi pernapasan buatan dengan bantuan masker saku yang dilengkapi dengan katup satu arah atau perangkat medis pernapasan lain yang sesuai.

     







Komentar

Postingan populer dari blog ini

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR A1 PEMBUATAN LARUTAN

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR A1 REAKSI KIMIA

Laporan Praktikum Kimia A2 Reaksi Kimia