LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR A1 LARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN

 

 LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR 1 

LARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN

 


                                    Tanggal Praktikum : Senin,10-10-2022

                                     Nama                     : Mahira Salma Azzahra               (11220960000017)

  Rasendriyo Firjatullah Laksono (11220960000021)

Amelia Nurahma Rizkyanti       (11220960000029)

 

Kelas:                   : Kimia A1                                             

 

PROGRAM STUDI KIMIA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2022 

 

 

 

 BAB I. PENDAHULUAN

   1.1. Prinsip Percobaan

   Prinsip yang digunaran adalah dengan melarutkan  dan mencampurkan dua zat, guna mengetahui kelarutan zat tersebut. Selain itu, Juga dilakukan Pemanasan dan Pengadukan guna mengetahui faktor-faktor yang dapat mempercepat kecepatan kelarutan dari suatu senyawa.

   1.2. Tujuan Percobaan

1. Mahasiswa mampu mengamati kelarutan senyawa ion dan senyawa kovalent baik dalam pelarut air maupun pelarut organik.
2. Mahasiswa mampu menjelaskan faktor-faktor yang menyebabkan kelarutan suatu senyawa.
3. Mahasiswa mampu menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan pelarutan.
4. Mahasiswa mampu membedajan larutan tidak jenuh, tepat jenuh, dan lewat jenuh.


  BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

 Istilah like dissolves like merupakan azas umum dari kelarutan, dimana senyawa ion dan polar larut dalam pelarut polar dan senyawa nonpolar larut dalam pelarut nonpolar. (Nurhasni,Yusraini, 2022).

  Air adalah pelarut polar. Air melarutkan senyawa ion seperti garam dapur, NaCl, dan senyawa polar seperti gula, C12H22O11. Karbon tetra klorida adalah pelarut nonpolar dan melarutkan senyawa non polar. Pelarut nonpolar tidak dapat melarutkan senyawa ion atau senyawa polar.

  Zat cair yang larut satu sama lain disebut saling bercampur. Bila kedua zat cair mempunyai ikatan polar akan saling melarut.Dua zat cair yang nonpolar juga larut satu sama lain. Tetapi zat cair polar dengan zat cair nonpolar saling tidak bercampur, terjadadi tolak- menolak satu sama lain dan akan terpisah jadi dua lapisan.

  Proses pelarutan hanyalah merupakan aksi antara pelarut dengan partikel zat terlarut. Molekul-molekul pelarut menyerang partikel zat terlarut dan menyeretnya ke dalam larutan. Kecepatan pelarutan tergantung pada kecepatan pelarut menyerang zat terlarut. (Nurhasni,Yusraini, 2022).

   Larutan adalah campuran yang homogen dari zat atau lebih. zat yang Jumlahnya lebih sedikit disebut zat terlarut. Sedangkan, zat yang jumiahnya lebih banyak disebut pelarut (Chang,  2004).
larutan jenuh adalah larutan yang telah mengandung zat terlarut dalam jumlah maksimal, sehingga tak dapat ditambahkan lagi zat terlarut. pada keadaan ini terjadi kesetimbangan antara solute yang larut dan yang tak larut atau kecepatan pelarutan sama dengan kecepatan pengendapan (Yazid, 2005). 

   Larutan tak jenuh adalah Suatu tarutan yang mengandung Jumah solut lebih sedikit (encer) dari pada larutan Jenuhnya. Sedangkan, larutan lewat Jenuh mengandung solut lebih banyak (pekat) dari Pada yang ada dalam larutan Jenuhnya pada suhu yang sama (Yazid, 2005).

 

  BAB III. METODE PERCOBAAN

   3.1. Alat

   Alat yang digunakan dalam percobaan ini yaitu 12 buah tabung reaksi, rak tabung reaksi, batang pengaduk, Hotplate, botol semprot, gelas piala 600 mL, Gelas ukur 10 mL, Pipet tetes, Spatula 

   3.2. Bahan

   Bahan yang digunakan yaitu Kalium permanganat(KMnO4), lodin(I2), heksana (C6H14), metanol (CH3OH), etanol (C₂H₂OH), aseton (C3H6O), Sukrosa, Natrium asetat trihidrat (NaC2H3O2.3H2O), aquadest

   3.3. Prosedur Kerja

   1.a Kelarutan KMnO4

   1.b. Kelarutan Naftalen

   2. Pencampuran


3. Kecepatan Kelarutan


4. Demonstrasi Larutan Tak jenuh, Tepat Jenuh dan Lewat Jenuh

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

   4.1.Hasil Pengamatan

  1.a. Kelarutan KMnO4


  1.b. Kelarutan Naftalena


  2. Pencampuran


  3. Kecepatan Kelarutan


  4. Demonstrasi larutan tak jenuh, tepat jenuh, dan lewat jenuh


  4.2. Pembahasan

  Berdasarkan Prinsip like dissolves like, suatu pelarut cenderung akan melarutkan Senyawa yang mempunyai tingkat kepolaran yang sama dengan Pelarut. Pelarut Polar akan Melarutkan senyawa polar dan pelarut non polar akan melarutkan senyawa non polar. (Suryani, dkk, 2016).

   Pada umumnya senyawa ion larut dalam Pelarut Polar (seperti air dan amonia),karena sebagian molekul pelarut menghadapkan kutub negatifnya ke ion positif, dan sebagian lagi menghadapkan kutub positifnya ke ion negatif, akhirnya ion-ion terpisah satu sama lain. (Syukri,1999).

   Percobaan yang kali ini dilakukan mengenai larutan dan hasil kali kelarutan. Pada percobaan ini mahasiswa diminta untuk menentukan kelarutan dan Pencampuran Suatu senyawa, serta kecepatan kelarutan.

a. Kelarutan Padatan kalium Permanganat
 
  (KMnO4) Pada Percobaan ini akan diamati kelarutan yang terjadi Pada Padatan Kalium Permanganat (KMnO4) terhadap empat jenis pelarut yang berbeda (air, aseton, metanol, dan heksana). Pertama-tama siapkan terlebih dahulu empat buah tabung reaksi beserta raknya. Kemudian, dimasukkan ke dalam masing-masing tabung 2 mL air, metanol, aseton dan heksana. Selanjutnya, ditambahkan sedikit kristal kalium Permanganat ke dalam masing-masing tabung. Kemudian, tabung dikocok dan diamati larutan yang terjadi.

  Pada tabung pertama yang berisi 2 ml air. Padatan KMnO4 dapat larut dan terjadi Perubahan warna pada larutan menjadi ungu gelap. Hal ini dapat terjadi karena kalium permanganat merupakan senyawa ionik yang terdiri dari ion Positif k+ dan ion negatif MnO4-. Sedangkan, air (H20) merupakan larutan yang bersifat Polar. Ketika Senyawa ionik dilarutkan dalam Pelarut Polar. Senyawa tersebut (KMnO4) akan terionisasi membentuk ion Positif dan ion negatif. Air yang bersifat polar memiliki dua Kutub yang dimana, kutub Positifnya akan menarik ion negatif (MnO4-) dan kutub negatifnya akan menarik ion Positif (k+) Sehingga ion-ion tersebut terpisah satu sama lain. Hal inilah yang membuat KMnO4 dapat larut dalam air (pelarut Polar).

  Pada tabung kedua yang berisi 2 ml metanol, Padatan KMnO4 dapat larut dan terjadi perubahan warna larutan menjadi merah kecoklatan. Padatan KMnO4 dapat larut dalam metanol karena metanol bersifat Polar dan kalium permanganat adalah Senyawa ionik Di mana, ketika keduanya bercampur, KMnO4 akan terionisasi menjadi ion K+ dan ion MnO4- Kemudian, Kutub positif yang ada pada Pelarut polar (air) akan menarik ion negatif (MnO4-) dan kutub negatifnya akan menarik ion positif (k+) sehingga ion-ion kalium Permanganat terpisah dan KMnO4 larut di dalam metanol.

  Pada tabung ketiga yang berisi 2 ml aseton, Padatan KMnO4 dapat larut dan terjadi Perubahan warna larutan menjadi ungu gelap. Kalium Permanganat dapat larut dalam aseton karena KMnO4 adalah senyawa ionik dan aseton adalah Senyawa semi polar. Di mana, ketika keduanya bercampur, KMnO4 akan terionisasi membentuk ion k+ dan ion MnO4-. Kemudian, kutub positif yang ada pada air (pelarut polar) akan menarik ion negatif (MnO4-) dan kutub negatifnya akan menarik ion Positif (k+) sehingga lon-lon kalium Permanganat terpisah dan KMnO4 larut dalam aseton.

  Pada tabung keempat yang berisi heksana, Padatan Kalium Permanganat tidak dapat larut dalam larutan heksana. Hal ini terjadi karena kalium Permanganat adalah senyawa ionik sedangkan heksana adalah senyawa non polar. Di mana, Pelarut non polar tidak dapat melarutkan senyawa ion atau pun senyawa Polar (Nurhasni, DIS.Yusraini, 2022). Ketika KMnO4 bertemu dengan heksana, keduanya tidak dapat bercampur, terjadi tolak-menolak satu sama lain dan akan terpisah menjadi dua lapisan.

b. kelarutan padatan Naftalena

  Pada percobaan ini akan diamati kelarutan yang terjadi Pada Padatan naftalena terhadap empat jenis Pelarut yang berbeda (air,aseton, metanol, dan heksana). Pertama-tama siapkan terlebih dahulu empat tabung reaksi kemudian, dimasukkan ke dalam masing-masing tabung 2 ml air, metanol, aseton dan heksana. Selanjutnya, ditambahkan Sedikit padatan naftalena ke dalam masing-masing tabung. kemudian, tabung dikocok dan diamati kelarutan yang terjadi.

  Pada tabung pertama yang berisi 2 ml air, padatan naftalena tidak dapat larut dan larutan terpisah menjadi dua lapisan. Hal ini terjadi karena air bersifat polar, Sedangkan naftalena bersifat non polar. Di mana, berdasarkan prinsip like dissolves like, Senyawa non polar hanya dapat larut dalam Pelarut non Polar dan senyawa polar dapat larut dalam Pelarut polar.

  Pada tabung kedua yang berisi 2 ml metanol, Padatan naftalena dapat larut Walaupun membutuhkan waktu dan Pengocokan yang lebih lama. Namun, hal ini tidak sesuai dengan prinsip like dissolves like dimana senyawa Polar akan larut dalam senyawa polar dan senyawa non polar akan larut dalam Pelarut non polar. Sedangkan, metanol adalah pelarut Polar dan naftalena adalah senyawa non Polar. Hal ini dapat terjadi karena metanol memiliki tingkat kepolaran yang lebih rendah dibandingkan air. Alasan lainnya adalah karena metanol memiliki dua gugus yang bersifat Polar dan non polar. Gugus Polarnya adalah OH dan gugus non Polarnya adalah CH3. Sehingga metanol dapat larut atau melarutkan zat Polar dan zat non polar.

  Pada tabung ketiga yang berisi 2 mL aseton, padatan naftalena dapat larut dalam aseton. Namun, hal ini tidak sesuai dengan prinsip like dissolves like di mana senyawa polar hanya larut dalam senyawa polar dan senyawa non polar larut dalam senyawa non polar. Sedangkan, pada percobaan ini naftalena yang bersifat non polar dalam larut dalam aseton yang bukan senyawa non polar. Hal ini disebabkan aseton merupakan pelarut yang bersifat semi polar sehingga bisa melarutkan senyawa non polar maupun senyawa polar. Sifat aseton ini disebabkan karena pada struktur molekul aseton terdapat ikatan C=O yang memiliki selisih keelektronegatifan sebesar 1 yang menandakan bahwa senyawa tersebut bersifat polar. Selain itu, di dalam struktur molekul aseton juga terdapat ikatan C-H yang memiliki selisih keelektronegatifan sebesar 0,4  yang menunjukkan bahwa aseton juga bersifat non polar.

  Pada tabung keempat yang berisi heksana, padatan naftalena dapat larut di dalam heksana. Hal ini terjadi karena naftalena adalah senyawa non polar dan heksana adalah pelarut non polar. Hal tersebut sudah sesuai dengan prinsip like dissolves like, di mana senyawa non Polar naftalena hanya dapat larut dalam pelarut non polar.

C. Pencampuran

  Zat cair yang larut satu sama lain disebut saling bercampur. Bila kedua zat cair mempunyai ikatan Polar akan saling melarut. Dua zat cair yang non Polar juga larut satu sama lain. Tetapi zat cair polar dengan zat cair non Polar Saling tidak bercampur, terjadi tolak menolak satu sama lain dan akan terpisah Jadi dua lapisan ( Chang, 2004).

  Pada Percobaan ini, kami mengamati pencampuran antara air dan etanol, air dan aseton, serta air dan heksana dan menentukan kedua senyawa tersebut dapat bercampur atau tidak dapat bercampur. Hal pertama yang dilakukan dalam Percobaan ini adalah menyiapkan tiga buah tabung reaksi. Kemudian, dimasukkan ke dalam masing-masing tabung 2 mL air. Selanjutnya, dimasukkan ke dalam masing-masing tabung 2 ml aseton, 2 ml etanol,dan 2 ml heksana. Kemudian, tabung dikocok dan diamati apakah cairan saling bercampur atau tidak.

  Pada tabung Pertama yang berisi 2 ml air (H2O) dan 2 ml etanol, dua cairan dapat bercampur secara sempurna. Hal ini terjadi karena etanol bersifat polar dan air juga bersifat polar, ini sesuai dengan prinsip like dissolves like, di mana Senyawa polar etanol dapat larut dalam pelarut Polar (H2O) dan senyawa non polar dapat larut dalam pelarut non polar.

  Pada tabung kedua yang berisi 2 mL air dan 2 mL aseton, kedua cairan dapat bercampur secara sempurna. Hal ini terjadi karena aseton merupakan senyawa  semi polar sehingga dapat bercampur dengan air yang bersifat polar ataupun senyawa lain yang bersifat non polar. Sifat aseton ini disebabkan karena pada struktur molekul aseton terdapat ikatan C=O yang memiliki selisih keelektronegatifan sebesar 1 yang menandakan bahwa senyawa tersebut bersifat polar. Selain itu, di dalam struktur molekul aseton juga terdapat ikatan C-H yang memiliki selisih keelektronegatifan sebesar 0,4  yang menunjukkan bahwa aseton juga bersifat non polar. Sehingga aseton dapat bercampur dengan senyawa polar atau senyawa non polar.

  Pada tabung ketiga yang berisi 2 mL air (H2O) dan 2 ml heksana, kedua cairan tidak dapat bercampur. Hal ini karena heksana bersifat non polar dan air bersifat polar di mana menurut prinsip like dissolves like Senyawa non Polar hanya Dapat larut dalam pelarut non polar dan sebaliknya

d. kecepatan Kelarutan

  Pada Percobaan ini kami diminta untuk menentukan kecepatan atau waktu kelarutan suatu zat. Terdapat empat macam Percobaan, yaitu aquades dingin + Kristal Sukrosa, aquades panas + kristal sukrosa, aquades Panas + kristal sukrosa + pengadukan, dan aquades panas + Serbuk sukrosa + pengadukan.

  Pada Percobaan Pertama (aquades dingin + kristal sukrosa) waktu yang dibutuhkan kristal sukrosa untuk larut di dalam aquades dingin tanpa Pengadukan adalah 17 menit 12 detik. Pada Percobaan kedua aquades Panas + kristal + sukrosa waktu yang dibutuhkan kristal sukrosa untuk larut dalam aquades Panas disertai Pengadukan adalah 4 menit 51 detik. pada percobaan ketiga (aquades Panas + kristal Sukrosa + pengadukan) waktu yang dibutuhkan untuk kristal sukrosa larut dalam aquades panas dengan disertai Pengadukan adalah 14 detik. Pada percobaan keempat (aquades Panas + Serbuk sukrosa + Pengadukan) waktu yang dibutuhkan serbuk sukrosa untuk larut dalam aquades panas dengan disertai Pengadukan adalah 6 detik

  Berdasarkan hasil percobaan diatas dapat diketahui bahwa suhu, Pengadukan, dan luas permukaan zat dapat mempengaruhi kecepatan kelarutan dari suatu zat.

1) suhu
  Suhu mempengaruhi kecepatan kelarutan suatu zat, pada suhu tinggi Partikel-partikel akan bergerak lebih cepat dibandingkan pada suhu rendah akibatnya kontak antara zat terlarut dengan pelarut menjadi lebih sering dan efektif. Hal ini menyebabkan zat terlarut menjadi lebih mudah larut pada suhu tinggi

2) Tingkat Pengadukan
  Semakin kuat tingkat Pengadukan. Semakin banyak pelarut yang tidak jenuh bersentuhan dengan zat terlarut, sehingga makin cepat terbentuknya larutan.

3) luas permukaan zat
  Luas permukaan (besar kecilnya partikel zat terlarut) permukaan zat terlarut dapat diperbesar melalui proses pengadukan atau penggerusan Secara mekanis, gula halus lebih mudah larut daripada gula pasir. Hal ini karena luas bidang Sentuh gula halus lebih luas dari gula Pasir (Lestari, LuthFina, tanpa tahun).

d. Demonstrasi larutan Tak Jenuh. tepat jenuh, dan lewat Jenuh

  Larutan dapat dibedakan menjadi 3. yaitu larutan tepat jenuh, larutan tak jenuh, dan larutan lewat jenuh. Larutan jenuh adalah larutan yang telah mengandung zat terlarut dalam jumlah maksimal, sehingga tak dapat ditambah lagi zat terlarut. larutan tak jenuh adalah yang mengandung jumlah solut lebih sedikit (encer) dari larutan Jenuhnya. larutan lewat Jenuh mengandung solut lebih banyak (pekat). dari pada yang ada dalam larutan Jenuhnya pada suhu yang sama (Yazid, 2005).

  Pada percobaan ini kami diminta untuk menentukan zat terlarut dan Pelarut yang telah dicampurkan membentuk larutan Jenuh, tak jenuh, atau lewat Jenuh. Pada percobaan pertama, yaitu ketika kristal natrium asetat trihidrat dimasukkan ke dalam tabung reaksi sampai seperempatnya dan ditambahkan aquades, kemudian dipanaskan. larutan yang terbentuk adalah larutan tak jenuh. Hal ini dikarenakan larutan tersebut mengandung Jumlah zat terlarut lebih sedikit daripada Jumlah Pelarutnya, sehingga larutan menjadi encer.

  Pada Percobaan kedua, yaitu ketika larutan tak jenuh yang dihasilkan Pada Percobaan pertama didinginkan. Kemudian, setelah dingin larutan tersebut ditambahkan lagi sebutir kecil kristal natrium asetat trihidrat. Larutan yang terbentuk adalah Larutan lewat jenuh, hal ini karena Jumlah zat terlarutnya lebih banyak daripada Jumlah pelarutnya, sehingga terbentuk endapan pada larutan.

 

BAB V. KESIMPULAN

1) Berdasarkan prinsip like dissolves like Senyawa Polar dan senyawa ionik dapat larut dalam Pelarut Polar. Sedangkan senyawa non polar dapat larut dalam pelarut non polar.

2) Faktor-Faktor yang mempengaruhi kelarutan senyawa, antara lain: Temperatur, Sifat pelarut, efek ion sejenis, Pengaruh akuvasi, dan Pengaruh PH.

3) faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan pelarutan adalah. Suhu tingkat Pengadukan, dan luas permukaan sentuhan zat (Ukuran partikel).

4) larutan tidak jenuh adalah larutan yang mengandung zat terlarut lebih sedikit dari jumlah pelarutnya, larutan tepat jenuh adalah larutan yang mengandung zat terlarut dalam jumlah maksimal. Larutan lewat jenuh adalah larutan yang mengandung zat terlarut lebih banyak dari pada pelarutnya.

DAFTAR PUSTAKA

Nurhasni, dis Yusraini, 2022. Buku Pedoman Praktikum kimia Dasar, Fakultas Sains dan Teknologi studi Kimia , UIN syarif Hidayatullah Jakarta.

Chang, Raymond. 2004. Kimia dasar konsep-konsep inti jilid 1. Jakarta:Erlangga.

Yazid, Estein. 2005. Kimia Fisika untuk paramedis. Yogyakarta:ANDI.

Syurri, S. 1999. Kimia Dasar 2. Bandung: ITB.

Lestari, Luthfina. Tanpa tahun. laporan Hasil kali kelarutan. diakses pada 6 November 2022. melalui https://www.academia.edu/16779390/laporan-hasil-kali-kelarutan.

LAMPIRAN

Evaluasi Post Praktikum

1. Terangkan istilah Like Dissolves like dan Jelaskan apakah prinsip like dissolves like terjadi pada semua jenis Campuran?

=Like Dissolves like merupakan Prinsip kelarutan, dimana prinsipnya yaitu molekul zat terlarut yang memiliki kesamaan/kemiripan dengan molekul pelarut maka zat tersebut akan larut -prinsip like dissolves like lewadi pada semua jenis campuran

2. Jelaskan faktor yang mempengaruhi kelarutan, Senyawa ionik dan senyawa kovalen = keelektronegatifan, Pada senyawa kovalen selisih keelektronegatifan berbeda jauh Sehingga keelektronegatifan Yang rendah Cenderung bermuatan positif serta elektronegatif yang besar cenderung bermuatan negatif. begitupun ion negatif akan menarik muatan positif pada senyawa kovalen

3. Jelaskan faktor yang mempengaruhi kecepatan pelarutan

=-Suhu Pemanasan pelarut dapat mempercepatnya larutnya zat terlarut - ukuran zat terlarut yang lebih kecil akan mudah larut dibandingkan yang partikelnya besar
-volume pelarut yang besar akan mempercepat pelarutan
- Pengadukan menyebabkan zat terlarut dan pelarut Semakin sering bertumbukan sehingga mempercepat kelarutan

4. Jelaskan ciri larutan bersifat tak jenuh, tepat Jenuh dan lewat jenuh

=Larutan tak jenuh
- Jika dimasukkan zat terlarut, maka seluruh zat terlarut yang ditambahkan akan larut Seluruhnya
-Mengandung solute (zat terlarut) kurang dari yang diperlukan untuk Membuat larutan larutan tepat jenuh

Larutan tepat jenuh
-Jika larutan tepat  jenuh dimasukkan Zat terlarut, maka larutan Jenuh tidak dapat Melarutkan zat terlarut yang ditambah, dan zat terlarut Yang ditambahkan Menjadi endapan.
- Mengandung sejumlah solute, Yang larut dan mengadakan kesetimbangan dengan salute padatannya

Larutan lewat jenuh
 - jika larutan lewat jenuh ditambahkan zat terlarut maka akan terbentuk endapan zat terlarut dalam larutan lewat Jenuh Yang jumlahnya lebih banyak dari Jumlah Zat terlarut - Mengandung lebih banyak solute. dari pada yang diperlukan untuk larutan Jenuh


C. MSDS (sifat kimia dan fisika, bahaya, dan cara penanggulangan)

 

1. Kalium permanganat (KMnO4)

 

Sifat Fisika dan Kimia

 

-

Keadaan Fisik

: Kristal

-

Penampilan

: ungu tua – perunggu

-

Bau

: tidak berbau

-

pH

: 7-9 (20 g/l H2O)

-

Titik lebur

: 240 derajat C

-

Suhu Dekomposisi

: 150 derajat C

-

Kelarutan

: 6,4 g/100 ml @ 20°C

-

Massa Jenis

: 2.700 g/cm3

-

Rumus Molekul

: KMnO4

-

Berat Molekul

: 158.03

 

Bahaya

 

- Mata: Menyebabkan iritasi mata yang parah dan kemungkinan luka bakar. Dapat menyebabkan konjungtivitis kimia dan kerusakan kornea. Pemulihan biasanya selesai, tetapi dalam kasus yang parah, kerusakan permanen seperti kekeruhan kornea yang putih dan padat dapat terjadi.

 

- Kulit: Menyebabkan iritasi kulit dan kemungkinan luka bakar. Kontak kulit dapat menyebabkan noda coklat di area tersebut, dan kemungkinan pengerasan lapisan kulit luar.

 

- Tertelan: Dapat menyebabkan kerusakan hati dan ginjal. Dapat menyebabkan perforasi saluran pencernaan. Dapat menyebabkan efek sistem saraf pusat.

 

- Dalam dosis tinggi, mangan dapat meningkatkan anemia dengan mengganggu penyerapan zat besi.

 

- Terhirup: Menyebabkan iritasi saluran pernapasan dengan kemungkinan luka bakar. Konsentrasi paparan mangan terendah di mana efek awal pada SSP dan paru-paru dapat terjadi masih belum diketahui. Namun



begitu tanda-tanda neurologis muncul, mereka cenderung berlanjut dan memburuk setelah paparan berakhir. Eksposur ekstrim dapat mengakibatkan penumpukan cairan di paru-paru (edema paru) yang mungkin berakibat fatal pada kasus yang parah.

 

- Kronis: Inhalasi atau konsumsi kronis dapat menyebabkan manganisme yang ditandai dengan gejala neurologis seperti sakit kepala, apatis, dan kelemahan kaki, diikuti oleh psikosis dan gejala neurologis yang mirip dengan penyakit Parkinson.

 

- Efek kronis lainnya dari menghirup mangan dalam jumlah tinggi termasuk peningkatan kejadian batuk dan bronkitis dan kerentanan

 

terhadap penyakit paru-paru menular.

 

Penanganan

 

- Mata: Jika terjadi kontak, segera basuh mata dengan banyak air selama minimal 15 menit. Dapatkan bantuan medis segera.

 

- Kulit: Jika terjadi kontak, segera basuh kulit dengan banyak air selama minimal 15 menit sambil melepaskan pakaian dan sepatu yang terkontaminasi. Dapatkan bantuan medis segera. Cuci pakaian sebelum digunakan kembali. CATATAN: Pakaian yang terkontaminasi dapat menimbulkan bahaya kebakaran.

 

- Tertelan: Jika tertelan, JANGAN dimuntahkan. Dapatkan bantuan medis segera. Jika korban sadar penuh, berikan segelas air. Jangan pernah memberikan apapun melalui mulut kepada orang yang tidak sadarkan diri.

 

- Terhirup: Jika terhirup, pindahkan ke udara segar. Jika tidak bernapas, berikan pernapasan buatan. Jika sulit bernafas, berikan oksigen. Dapatkan bantuan medis.

 

1. Iod

 

Sifat Fisika dan Kimia

 

-

Keadaan Fisik

: Padat

-

Penampilan

: hitam-ungu

-

Bau

: seperti yodium

-

pH

: Tidak tersedia.



 

-

Kepadatan Uap

: 8.8 (air=1)

-

Tekanan Uap

: 0.3 mm Hg @ 20°C

-

Tingkat Penguapan

: Tidak tersedia.

-

Viskositas

: Tidak tersedia.

-

Titik didih

: 184°C

-

Titik Pembekuan/Leleh

: 113°C

-

Suhu Dekomposisi

: sublime

-

Kelarutan

: 0.034 g/100 ml @ 25°C

-

Gravitasi/Kepadatan Spesifik: 4.93

-

Rumus Molekul

: I2

-

Berat Molekul

: 253.81

 

Bahaya

 

Menyebabkan luka bakar oleh semua rute paparan. Berbahaya jika tertelan, terhirup, atau terserap melalui kulit. Dapat menyebabkan reaksi alergi pada kulit. Pada suhu biasa, yodium menyublim menjadi gas ungu dengan bau yang khas dan menjengkelkan.

 

Organ Sasaran: Sistem pernapasan, mata, tiroid, kulit.

 

- Mata: Menyebabkan iritasi mata yang parah. Dapat menyebabkan luka bakar pada mata. Uap menyebabkan iritasi mata.

 

- Kulit: Berbahaya jika terserap melalui kulit. Dapat menyebabkan iritasi parah dan kemungkinan luka bakar. Contoh langka dari reaksi alergi terhadap larutan yodium topikal yang ditandai dengan demam dan erupsi kulit umum telah menyebabkan kematian. Setidaknya satu kematian setelah aplikasi topikal dari tingtur yodium kuat ke sepertiga dari tubuh telah dicatat.

 

- Tertelan: Berbahaya jika tertelan. Dapat menyebabkan luka bakar pada saluran pencernaan. Yodium adalah zat yang mudah teroksidasi. Makanan yang ada disaluran GI akan mengoksidasi yodium menjadi iodida yang tidak korosif pada saluran GI.

 

Terhirup: Berbahaya jika terhirup. Menyebabkan iritasi saluran pernapasan yang parah. Eksposur ekstrim dapat mengakibatkan penumpukan cairan di paru-paru (edema paru) yang mungkin berakibat


fatal pada kasus yang parah. Mudah disublimasikan dengan uap ungu (Hawley's Condensed Chemical Dictionary). Menghirup uap yodium sangat mengiritasi selaput lendir dan mempengaruhi bagian atas dan bawah saluran paru (Doc of TLV).

 

- Kronis: Paparan kronis dapat menyebabkan iodisme yang ditandai dengan sakit kepala, air liur berlebih, sekret hidung, konjungtivitis, radang tenggorokan, bronkitis, stomatitis, pembesaran kelenjar submaksila, dan ruam kulit. Konsumsi iodida secara kronis selama kehamilan telah mengakibatkan kematian janin, gondok yang parah, dan munculnya kretinoid pada bayi baru lahir. Paparan kronis dapat mempengaruhi fungsi tiroid. Beberapa referensi (misalnya Dreisbach's Handbook) mengatakan bahwa senyawa yodium dan yodium adalah sensitizer yang kuat dan kontak berulang dapat menyebabkan dermatitis sensitivitas, edema laring, penyakit serum dengan pembesaran kelenjar getah bening, dan nyeri sendi dan pembengkakan. Yodium dalam jumlah yang sangat kecil sangat penting untuk fungsi tiroid yang tepat. Jika

 

kekurangan, dapat menyebabkan penyakit gondok, pembesaran kelenjar tiroid.

 

Penanganan

 

- Setelah kontak dengan mata: Jika terjadi kontak, segera basuh mata dengan banyak air selama minimal 15 menit. Dapatkan bantuan medis segera.

 

- Setelah kontak dengan kulit: Jika terjadi kontak, segera basuh kulit dengan banyak air selama minimal 15 menit sambil melepaskan pakaian dan sepatu yang terkontaminasi. Dapatkan bantuan medis segera. Cuci pakaian sebelum digunakan kembali.

 

- Setelah tertelan: bahan RACUN. Jika tertelan, segera dapatkan bantuan medis. Induksi muntah hanya jika diarahkan oleh tenaga medis. Jangan pernah memberikan apapun melalui mulut kepada orang yang tidak sadarkan diri.



- Setelah terhirup: Jika terhirup, pindahkan ke udara segar. Jika tidak bernapas, berikan pernapasan buatan. Jika sulit bernafas, berikan oksigen. Dapatkan bantuan medis.

 

2. Heksana

 

Sifat Fisika dan Kimia

 

-

Keadaan Fisik

: Cair

-

Penampilan

: bening tidak berwarna

-

Bau

: seperti bensin

-

pH

: Tidak tersedia.

-

Tekanan Uap

: 151 mm Hg @ 25 derajat C

-

Kepadatan Uap

: 2,97 (Udara = 1)

-  Tingkat Penguapan : Tidak tersedia.

-

Viskositas

: 0,31 mPas 20 derajat C

-

Titik didih

: 62 - 69 derajat C @ 760 mmHg

 

- Titik Pembekuan/Leleh: -95 derajat C

 

- Suhu Dekomposisi : Tidak tersedia.

 

-

Kelarutan

: Tidak larut.

-

Gravitasi

: 0,678

-

Rumus Molekul

: C6H14

-

Berat Molekul

: 86,18

 

Bahaya

 

- Mata: Menyebabkan iritasi mata ringan.

 

- Kulit: Kontak yang lama dan/atau berulang dapat menyebabkan pengelupasan kulit dan dermatitis. Menyebabkan iritasi dengan rasa sakit terbakar, gatal, dan kemerahan. Diserap melalui kulit. Belum ada laporan tentang sensitisasi kulit pada orang yang terpapar n-heksana di tempat kerja. Sensitisasi kulit tidak diamati dalam tes maksimalisasi menggunakan 25 sukarelawan.

 

- Tertelan: Dapat menyebabkan iritasi gastrointestinal dengan mual, muntah dan diare. Aspirasi bahan ke dalam paru-paru dapat menyebabkan pneumonitis kimia, yang dapat berakibat fatal. Dapat menyebabkan depresi sistem saraf pusat.



- Terhirup: Menyebabkan iritasi saluran pernapasan. Paparan menghasilkan depresi sistem saraf pusat. Uap dapat menyebabkan pusing atau mati lemas. Konsentrasi uap n-Heksana dapat menjadi sangat tinggi sehingga oksigen tergusur, terutama di ruang terbatas.

 

- Kronis: Kontak kulit yang berkepanjangan atau berulang dapat menyebabkan penghilangan lemak dan dermatitis. Paparan yang lama atau berulang dapat menyebabkan efek reproduksi yang merugikan. Paparan kronis dapat menyebabkan gangguan penglihatan. Eksperimen laboratorium telah menghasilkan efek mutagenik. Gejala neuropati perifer meliputi: kelemahan otot, parestesia, mati rasa pada tangan, kaki, tungkai dan lengan, goyah, dan kesulitan berjalan dan berdiri. Paparan berulang dapat menyebabkan kelainan sistem saraf dengan kelemahan

 

dan kerusakan otot, inkoordinasi motorik, dan gangguan sensasi. Paparan kronis menghasilkan neuropati perifer.

 

Penanganan

 

- Mata: Jika terjadi kontak, segera basuh mata dengan banyak air selama minimal 15 menit. Dapatkan bantuan medis.

 

- Kulit: Jika terjadi kontak, basuh kulit dengan banyak air. Lepaskan pakaian dan sepatu yang terkontaminasi. Dapatkan bantuan medis jika iritasi berkembang dan berlanjut. Cuci pakaian sebelum digunakan kembali.

 

- Tertelan: Potensi aspirasi jika tertelan. Dapatkan bantuan medis segera. Jangan memaksakan muntah kecuali diarahkan untuk melakukannya oleh tenaga medis. Jangan pernah memberikan apapun melalui mulut kepada orang yang tidak sadarkan diri. Jika muntah terjadi secara alami, minta korban mencondongkan tubuh ke depan.

 

- Terhirup: Jika terhirup, pindahkan ke udara segar. Jika tidak bernapas, berikan pernapasan buatan. Jika sulit bernafas, berikan oksigen. Dapatkan bantuan medis.

 

3. Etanol

 

Sifat Fisika dan Kimia

 

- Rumus kimia : C2H5OH



-

Massa molar

: 46.069 g/mol

-

Penampilan

: Cairan tidak berwarna

-

Densitas

: 0.8 g/cm3

-

Titik didih

: 78.5oC

-

Titik leleh

: -114.1oC

-

Titik nyala

: 12.8oC (55oF)

-

pH

: 7 pada 10 g/l pada 20oC

-

Kelarutan

: 1000.0 mg/mL dalam air

-

Viskositas

: 1.074 mPa.s pada 25oC

 

Bahaya

 

- Flammable

 

- Irritant

 

Penanganan

 

- Terkena mata: bilas dengan air yang banyak. Hubungi dokter mata. Lepas lensa kontak.

 

- Terkena kulit: Tanggalkan segera semua pakaian yang terkontaminasi. Bilaslah kulit dengan air/ pancuran air.

 

- Terhirup: segera hirup udara segar.

 

- Tertelan: segera beri korban minum air putih (dua gelas paling banyak). Periksakan ke dokter.

 

4. Aseton

 

Sifat Fisika dan Kimia

 

-

Wujud

: cair

-

Warna

: tidak berwarna

-

Bau

: seperti buah

-

pH

:5–6

 

- Titik didih  : 56,2 °C

 

- Titik beku  : -95,4 °C

 

- Suhu : 465 °C

 

- Berat Jenis : 0,79 g/cm3

 

Bahaya

 

Beresiko pada pernapasan selama muntah, kerusakan paru-paru, iritasi mata



yang serius, menyebabkan mengantuk dan pusing.

 

Penanganan

 

- Setelah terhirup: segera pindahkan ke area udara segar, jika sulit bernafas berikan oksigen.

 

- Kontak dengan kulit: segera tinggalkan pakain yang terkontaminasi, cuci kulit dengan air dan sabun dalam jumlah yang banyak.

 

- Setelah tertelan: jangan paksakan muntah tanpa pengawasan oleh tim medis, Segera minta pertolongan medis.

 

- Setelah kontak dengan mata: segera lepaskan kontak lensa, cuci mata dengan air yang banyak sekurang-kurangnya selama 15 menit. Segera beri pertolongan medis.

 

5. Sukrosa

 

Sifat fisika dan Kimia

 

-

Keadaan Fisik

: Padat

-

Penampilan

: tidak berwarna menjadi putih

-

Bau

: Tidak berbau.

-

pH

: Netral dalam larutan.

-

Tekanan Uap

: Tidak tersedia.

-

Kepadatan Uap

: Tidak tersedia.

-  Tingkat Penguapan : Tidak tersedia.

-

Viskositas

: Tidak tersedia.

-

Titik didih

: Tidak tersedia.

-

Titik beku/lebur

: 365 derajat F

-  Suhu Dekomposisi : 365 derajat F

-

Kelarutan

: Larut dalam air

 

- Gravitasi/Kepadatan Spesifik: 1,59 pada 25 derajat F

 

- Berat Molekul : 342.1474

 

Bahaya

 

- Mata: Debu dapat menyebabkan iritasi mekanis.

 

- Kulit: Bahaya rendah untuk penanganan industri biasa.

 

- Tertelan: Tertelan dalam jumlah besar dapat menyebabkan iritasi gastrointestinal. Diharapkan menjadi bahaya konsumsi yang rendah



- Penghirupan: Bahaya rendah untuk penanganan industri biasa. Inhalasi yang berlebihan dapat menyebabkan iritasi pernapasan ringan.

 

- Kronis: Tidak ada informasi yang ditemukan.

 

Penanganan

 

- Mata: Bilas mata dengan banyak air selama minimal 15 menit, sesekali mengangkat kelopak mata atas dan bawah. Dapatkan bantuan medis.

 

- Kulit: Dapatkan bantuan medis jika iritasi berkembang atau berlanjut.

 

- Tertelan: Jika korban sadar dan waspada, berikan 2-4 cangkir susu atau air. Jangan pernah memberikan apapun melalui mulut kepada orang yang tidak sadarkan diri. Dapatkan bantuan medis jika terjadi iritasi atau gejala.

 

- Penghirupan: Jauhkan dari paparan dan segera pindahkan ke udara segar.

 

Jika tidak bernapas, berikan pernapasan buatan. Jika sulit bernafas, berikan oksigen.

 

Dapatkan bantuan medis jika batuk atau gejala lain muncul.

 

7. Natrium asetat trihidrat

 

Sifat Fisika dan Kimia

 

-

Bentuk

: Padat

-

Warna

: Tidak berwarna

-

Bau

: Asam asetat lemah

-

pH

: 7,5 - 9,2 pada 50 g/l 20 °C

-

Titik lebur

:58°C

 

Penanganan

 

- Setelah menghirup: hirup udara segar.

 

- Bila terjadi kontak kulit: Tanggalkan segera semua pakaian yang terkontaminasi. Bilaslah kulit dengan air/ pancuran air.

 

- Setelah kontak pada mata: bilaslah dengan air yang banyak. Lepaskan lensa kontak.

 

- Setelah tertelan: beri air minum kepada korban (paling banyak dua gelas). Konsultasi kepada dokter jika merasa tidak sehat.


  



 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR A1 PEMBUATAN LARUTAN

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM KIMIA A1 MATERI DAN PERUBAHANNYA

LAPORAN PRAKTIKUM A1 KIMIA DASAR REAKSI PEMBATAS