LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR A1 : TITRASI KESETIMBANGAN ASAM BASA KEL.5

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR 1

TITRASI DAN KESETIMBANGAN ASAM BASA: INDIKATOR DAN PENGUKURAN pH

Tanggal Praktikum

:

7 November 2022

Nama

 

 

 

:

 

 

 

- Amalia Eka Putri Pradini (11220960000003)

- Cahayariana Tassa (11220960000005)

- Kayla Nurhalizah (11220960000015)

- Noviyatul Azizah (11220960000019)

Kelas

:

Kimia A1

 

PROGRAM STUDI KIMIA

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2022

 

 

 

 

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Prinsip Percobaan

Prinsip dasar titrasi didasarkan pada suatu reaksi yang diperoleh dengan cara menambahkan (mereaksikan) sejumlah volume tertentu larutan standar (yang sudah diketahui konsentrasinya) yang diperlukan untuk bereaksi secara sempurna dengan larutan yang belum diketahui konsentrasinya.

 

1.2 Tujuan Percobaan

  1. Mahasiswa mampu mengetahui konsentrasi suatu larutan asam berdasarkan metode titrasi asam basa

 

 

 

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

 

                Titrasi asam dan basa merupakan cara yang tepat dan mudah untuk menentukan jumlah senyawa-senyawa yang bersifat asam dan basa. Kebanyakan asam dan basa organik dapat dititrasi dalam larutan berair, tetapi Sebagian senyawa itu terutama senyawa organik tidak larut dalam air. Namun demikian umumnya senyawa organik dapat larut dalam pelarut organik, karena itu senyawa organik dapat ditentukan dengan titrasi asam basa dalam pelarut inert. Untuk menentukan asam digunakan larutan baku asam kuat misalnya HCl, sedangkan untuk menentukan basa digunakan larutan basa kuat, misalnya NaOH. Titik akhir titrasi biasanya ditetapkan dengan bantuan perubahan indikator asam basa yang sesuai atau dengan bantuan peralatan seperti potensiometri, spekrtrometri konduktometer (Rivai, H, 1990).

                Reaksi penetralan asam basa dapat digunakan untuk menentukan kadar larutan asam atau larutan basa. Dalam hal ini sejumlah tertentu larutan asam ditetesi dengan larutan basa, atau sebaliknya sampai mencapai titik ekuivalen (asam dan basa tepat habis bereaksi). Jika molaritas salah satu larutan (asam atau basa) diketahui, maka molaritas larutan yang satu lagi dapat ditentukan (Michael, 2012).

                Titrasi asidimetri dan alkalimetri menyangkut reaksi dengan asam dan basa diantaranya: (1) titrasi yang melibatkan asam lemah dan basa kuat, (2) titrasi yang melibatkan asam lemah dan basa kuat, (3) titrasi yang melibatkan asam kuat dan basa lemah. Titrasi asam lemah dan basa lemah dirumitkan oleh terhidrolisisnya kation dan anion dari garam yang terbentuk. Titik ekuivalen, sebagaimana kita ketahui, ialah titik pada saat sejumlah mol ion OH- yang ditambahkan ke larutan sama dengan jumlah mol ion H+ yang semula ada. Jadi untuk menentukan titik ekuivalen dalam suatu titrasi, kita harus mengetahui dengan tepat berapa volume basa yang ditambahkan dari buret ke asam dalam labu. Salah satu cara untuk mencapai tujuan ini adalah dengan menambahkan beberapa tetes indikator asam basa ke larutan asam saat awal tersebut. Indikator biasanya ialah suatu asam atau basa organik lemah yang menunjukkan warna yang sangat berbeda antara bentuk tidak terionisasi dan bentuk terionisasinya. Kedua bentuk ini berikatan dengan pH larutan yang melarutkan indikator tersebut. Titik akhir titrasi terjadi bila indikator berubah warna. Namun, tidak semua indikator berubah warna pada pH yang sama, jadi pilihan indikator untuk titrasi bergantung pada sifat asam dan basa yang digunakan dalam titrasi (dengan kata lain apakah mereka kuat atau lemah). Dengan demikian memilih indikator yang tepat untuk titrasi, kita dapat menggunakan titik akhir untuk menentukan ekuivalen (Chang, 2011).

                Titrasi asam basa melibatkan asam maupun basa sebagai titer atau titrant. Kadar larutan asam ditentukan dengan menggunakan larutan basa atau sebaliknya. Titrant ditambahkan titer tetes demi tetes sampai mencapai keadaan ekuivalen (artinya secara stoikiometri titrant dan titer habis bereaksi) yang biasanya ditandai dengan berubahnya warna indicator. Keadaan ini disebut sebagai “titik ekuivalen”, yaitu titik dimana konsentrasi asam sama dengan konsentrasi basa atau titik dimana jumlah basa yang ditambahkan sama dengan jumlah asam yang dinetralkan: [H+] = [OH-]. Sedangkan keadaan dimana titrasi dihentikan dengan cara melihat perubahan warna indicator disebut sebagai “titik akhir titrasi”. Titik akhir titrasi ini mendekati titik ekuivalen, tapi biasanya titik akhir titrasi melewati titik ekuivalen. Oleh karena itu, titik akhir titrasi sering disebut juga sebagai titik ekuivalen (Esdi, 2011). 

                Titrasi asam basa sering dilakukan secara rutin untuk memantau keasaman dan kebasaan larutan terpakai dalam proses-proses industri. Indikator visual harus mengalami perubahan warna dalam interval Ph yang meliputi titik ekuivalen, ph pada titik ekuivalen dapat ditentukan secara potensiometrik dengan jalan mengukur Ph memakai elektroda kaca sebagai fungsi volum titran yang ditambahkan dan mengalurkan pada kertas grafik. Titrasi potensiometrik sangat diperlukan jika harus dititrasi sample yang berwarna atau jika kondisi larutan adalah sedemikian rupa sehingga menghambat pemakaian indicator visual (Nurhasini & Yusraini, 2022).

 

 

 

BAB III

METODE PERCOBAAN

 

3.1 Persiapan Alat dan Bahan

3.1.1 Alat

Untuk melakukan percobaan ini, alat yang diperlukan adalah buret 50 ml (1 buah), pipet gondok 25 ml (1 buah), gelas piala 100 ml (1 buah), Erlenmeyer 250 ml (3 buah), corong (1 buah) dan pipet tetes (2 buah).

3.1.2 Bahan

Untuk melakukan percobaan ini, bahan yang diperlukan adalah larutan NaOH 0,1 N, Asam Oksalat Dihidrat 0,1 N, larutan Asam Klorida, larutan indicator Fenolphtalein dan Aquadest.

 

3.2 Prosedur Percobaan













 

 

 

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

 

4.1 Hasil

a. Standarisasi NaOH dengan Asam Oksalat

Volume larutan NaOH (skala buret)

pp

mm

Awal Titrasi

0

9,0

Akhir Titrasi

10

19

Selisih

10

10

Rata-rata titrasi = (10+10) / 2 = 20/2 = 10 mL

 

b. Penentuan Konsentrasi HCl

Volume larutan NaOH (skala buret)

pp

pp

pp

Awal Titrasi

0

7,5

18,5

Akhir Titrasi

7,5

18,5

7,5

Selisih

7,5

11

(25-18,5) + (7,5-5,5)

=8,5

Rata-rata titrasi (7,5+11+8,5)/3 = 27/3 = 9 mL



 

 

 

4.2 Pembahasan

Pada praktikum kali ini, kami melakukan percobaan mengenai titrasi asam basa. Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui konsentrasi suatu asam atau basa berdasarkan metode titrasi asam basa. Terdapat dua percobaan yang dilakukan, yakni yang pertama standarisasi Natrium Hidroksida (NaOH) dengan Asam Oksalat Dihidrat (C2H2O4.2H2O) dan titrasi Asam Klorida (HCl) dengan Natrium Hidroksida (NaOH). Pada praktikum ini, kami menggunakan buret terang sehingga melihatnya dari miniskus bawah untuk keakuratan.

1. Standarisasi NaOH dengan Asam Oksalat

Percobaan dilakukan dengan cara menambahkan NaOH pada buret terang sampai batas nol, kemudian pada erlenmeyer ditambahkan 10 mL larutan asam oksalat dihidrat lalu ditambah indikator fenolftalein (berwarna bening) pada erlenmeyer I dan metil merah (berwarna merah) pada erlenmeyer II. Setelah itu di titrasi sampai mencapai titik ekuivalen.

Standarisasi dilakukan karena NaOH merupakan larutan baku sekunder yang cenderung tidak stabil dan dapat berubah konsentrasinya, jika disimpan dalam waktu lama. Sehingga NaOH distandarisasi menggunakan asam oksalat karena asam oksalat adalah larutan baku premier yang bersifat stabil dan sudah diketahui konsentrasinya yaitu 0,1 N. Standarisasi NaOH ini dilakukan untuk mengetahui konsentrasinya secara akurat. Reaksi yang terjadi antara NaOH dengan Asam oksalat dihidrat.

H2C2O4.2H2O (aq) + 2 NaOH (aq) -> Na2C2O4 + 2H2O (aq)

Berdasarkan hasil percobaan dapat diketahui bahwa telah terjadi reaksi asam basa antara asam oksalat (sebagai asam lemah) dan NaOH (basa kuat). Pada pembuatan Natrium Hidroksida indicator yang digunakan yaitu phenolphthalein (indikator PP) dan metil merah (indikator mm). Indikator fenolftalein digunakan dalam percobaan karena fenolftalein tak berwarna dengan pH antara 8,3 - 10,0 dan metil merah digunakan karena berwarna merah dengan pH antara 4,3 – 6,3 akan mempermudah praktikan dalam mengetahui bahwa dalam proses sudah mencapai titik ekuivalen. Perubahan yang terjadi pada proses penitrasian ini adalah berubah menjadi warna merah muda yang konstan dari warna asal mula bening dan dari warna merah menjadi kuning. Perubahan warna ini terjadi karena telah tercapainya titik ekuivalen (Setiawati, 2013).

2. Menentukan konsentrasi HCl

Titrasi adalah metode penentuan kadar/konsentrasi suatu larutan dengan larutan lain yang telah diketahui konsentrasinya. Titrasi asam basa adalah proses titrasi yang menggunakan asam basa sebagai zat yang akan di titrasi dan pereaksi standar, yang berdasarkan rekasi penetralan. Pada percobaan yang dilakukan ini memakai larutan HCl (asam) sebagai analit dalam larutan NaOH sebagai titran.

Dalam percobaan ini hal pertama dilakukan adalah menyiapkan analit, yaitu dengan mengisi ketiga erlenmeyer dengan larutan HCl memakai pipet volume sebanyak 10 mL tiap erlenmeyer. Lalu larutan HCl dalam erlenmeyer tadi diteteskan indikator fenolftalein sebanyak 4 tetes. Penggunaan pipet volume agar dalam pengambilan tiap larutan tepat, teliti dan meminimalisir kesalahan pada proses titrasi.

Lalu penyiapan klem, statif dan buret. Pada keran buret dipasang karet. Buret dipasangkan ke statif dengan bantuan klem, dan diatur sedemikian rupa hingga buret berposisi tegak lurus, skala volumenya menghadap arah titik pandang, serta pengujian dan pengaturan agar buret tidak mengalami kebocoran.

Setelah pengujian buret ternyata tidak bocor lalu buret diisi dengan larutan NaOH dengan bantuan corong gelas sampai di skala 0. Erlenmeyer yang telah diisi dengan larutan HCl diletakkan tepat di bawah buret. Setelah semua siap, penetesan larutan NaOH dengan cara keran buret diputar menggunakan tangan kiri dan tangan kanan memegang erlenmeyer sambil terus di kocok selama proses penetesan larutan NaOH. Kegiatan terus dilakukan sampai larutan HCl mengalami perubahan warna menjadi merah muda / keunguan. Hal ini terjadi karena indikator PP bereaksi larutan HCl dan larutan NaOH memiliki jumlah mol yang sama atau seimbang. Jika sudah dilakukan percobaan pada erlenmeyer pertama. percobaan dilakukan kembali pada erlenmeyer kedua dan ketiga.

Dan ketiga percobaan itu didapatkan tiga volume larutan NaOH, yaitu 7.5 mL, 11 mL, dan 8,5 mL. oleh karena di dapat tiga data volume yang berbeda, maka dipakai rata-ratanya yaitu volume sebanyak 9,0 mL.

 

 

BAB V

KESIMPULAN

 

Pada praktikum ini didapatkan beberapa konsentrasi larutan yang belum diketahui sebelumnya, yaitu NaoH sebanyak 0,06 M dan HCl sebanyak 0,12 M.

 

 

DAFTAR PUSTAKA

 

Chang, Raymond. 2011. Kimia Dasar: “Konsep-Konsep Inti” Jilid 1. Jakarta: Erlangga.

Esdi, Pangganti. 2011. Kimia Analitik. Jakarta: Gramedia.

Michael. 2012. Kimia Analitik. Jakarta: Universitas Indonesia Press.

Nurhasni & Yusraini. 2022. “Pedoman Praktikum Kimia Dasar 1”. Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah.

Rivai, H. 1995. Azas Pemeriksaan Kimia. Jakarta: Universitas Indonesia Press.

Setiawati, Tati. Tanpa tahun. Titrasi Asam Basa. Diakses pada 07 Desember 2022 melalui https://rest-app.belajar.kemdikbud.go.id/files/pdf/38edfe41b8c7490cb15ebc4f316b78ca.pdf

 

LAMPIRAN





MSDS

 




Komentar

Postingan populer dari blog ini

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR A1 PEMBUATAN LARUTAN

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM KIMIA A1 MATERI DAN PERUBAHANNYA

LAPORAN PRAKTIKUM A1 KIMIA DASAR REAKSI PEMBATAS