LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR A2: LARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR 1
PRAKTIKUM 6: KELARUTAN
DAN HASIL KALI LARUTAN
Kelas : A2
Kelompok : 4 (Empat)
·
Rachael Gheitsya Aulia R.
(11220960000020)
·
Rizky Yaafi Arif Marpaung
(11220960000022)
·
Siti Nurhabibah (11220960000024)
·
Siti Rajibah Shalma
(11220960000026)
Tanggal : 31 Oktober
Dosen : Nurul Amilia, M.Si
Program
Studi Kimia
Fakultas
Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta
2022
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Prinsip Percobaan
Prinsip kelarutan adalah like dissolves like,
yaitu pelarut polar akan melarutkan senyawa polar, pelarut non polar akan
melarutkan senyawa non polar, dan pelarut organik akan melarutkan senyawa
organik.
1.2
Tujuan Percobaan
1.
Mahasiswa mampu mengamati kelarutan senyawa ion dan senyawa
kovalen baik dalam pelarut air maupun pelarut organik.
2.
Mahasiswa mampu menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi
kelarutan suatu senyawa.
3.
Mahasiswa mampu menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan
pelarutan.
4.
Mahasiswa mampu membedakan larutan tidak jenuh, tepat jenuh,
dan lewat jenuh.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Kelarutan adalah
jumlah bagian maksimum zat terlarut yang larut dalam suatu pelarut pada
kesetimbangan, kelarutan atau solubilitas adalah kemampuan suatu zat kimia
tertentu, zat terlarut (solute) untuk larut dalam suatu pelarut (solvent).
Istilah like
dissolves like merupakan asas umum dari kelarutan, dimana senyawa ion dan
polar larut dalam pelarut polar dan senyawa non polar larut dalam pelarut non
polar, Air adalah pelarut polar. Air melarutkan senyawa ion seperti garam
dapur, NaCl, dan senyawa polar seperti gula, C12H22O11.
Karbon tetra klorida adalah pelarut non polar dan melarutkan senyawa non polar.
Pelarut non polar tidak dapat melarutkan senyawa ion atau senyawa polar (Nurhasni
dan Yusraini DIS, 2022).
Menurut Nurhasni
dan Yusraini DIS (2022), zat cair yang larut satu sama lain disebut saling
bercampur. Bila kedua zat cair mempunyai ikatan polar akan saling melarut. Dua
zat cair yang non polar juga larut satu sama lain. Tetapi zat cair polar dengan
zat cair non polar saling tidak bercampur, terjadi menolak satu sama lain dan
akan terpisah jadi dua lapisan.
Proses pelarutan
hanyalah merupakan aksi antara pelarut dengan partikel zat terlarut.
Molekul-molekul pelarut menyerang partikel zat terlarut dan menyeretnya kedalam
larutan, kecepatan pelarutan tergantung pada kecepatan pelarut menyerang zat
terlarut (Nurhasni dan Yusraini DIS, 2022).
Menurut Permatasari
(2017) ciri-ciri senyawa polar adalah dapat larut dalam air dan pelarut polar
lain, miliki kutub (+) dan kutub (-) akibat tidak meratanya distribusi
elektron, memiliki pasangan elektron bebas (bila bentuk molekul diketahui) atau
memilik perbedaan keelektronegatifan. Contoh senyawa polar diantaranya alkohol,
HCL, PCl3, H2O, den N2O5. Sedangkan
senyawa non polar memiliki ciri-ciri tidak larut dalam air dan pelarut polar
lain, tidak memiliki kutub (+) dan kutub (-), tidak memiliki pasangan elektron
bebas, atau keelektronegatifannya sama. Contoh senyawa non polar diantaranya Cl2,
PCl5, H2, dan N2.
Senyawa polar
memiliki perbedaan keelektronegatifan yang besar, perbedaan harga ini mendorong
timbulnya kutub-kutub listrik yang permanen (dipol permanen). Jadi antar
molekul polar terjadi gaya tarik dipol permanen (Permatasari, 2017).
Senyawa non polar
memiliki perbedaan keelektronegatifan yang kecil, bahkan untuk senyawa biner
diatom seperti O2, H2, perbedaan keelektronegatifannya =
0. Bila terdapat senyawa non polar terjadi gaya tarik dipol sesaat (gaya
dispersi/gaya london) gaya ini terjadi akibat muatan (+) inti atom salah satu
atom menginduksi elektron atom lain sehingga terjadi kutub kutub yang sifatnya
sesaat (Permatasari, 2017)
BAB III METODE PERCOBAAN
3.1
Alat
Alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah 12 buah
tabung reaksi, 1 buah rak tabung reaksi, 1 buah batang pengaduk, 1 buah
hotplate, 1 buah botol semprot, 1 buah gelas piala 600 mL, 1 buah gelas ukur 10
mL, 1 buah pipet tetes, dan 1 buah spatula.
3.2
Bahan
Bahan yang digunakan adalah kalium permanganat (KMnO4),
naftalen, heksana (C6H14), metanol (CH3OH),
etanol (C2H5OH), aseton (C3H6O),
sukrosa, natrium asetat trihidrat (NaC2H3O2.3H2O),
dan aquades.
3.3
Prosedur Percobaan
3.3.1
Kelarutan
3.3.2 Pencampuran
3.3.3 Kecepatan Kelarutan
3.3.4 Demonstrasi Larutan Tak Jenuh, Tepat Jenuh dan Lewat Jenuh
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
Kelarutan
Tabel 1. Hasil Percobaan Kelarutan
No. |
Reaksi |
Hasil Pengamatan |
KMnO4 Padatan |
||
1 |
Air |
KMnO4
terlarut dengan baik dalam air dan larutan yang dihasilkan berwarna ungu. |
2 |
Metanol |
KMnO4
terlarut dengan baik dalam metanol dan larutan yang dihasilkan berwarna merah
kecoklatan. |
3 |
Aseton |
KMnO4
terlarut dengan baik dalam aseton dan larutan yang dihasilkan berwarna ungu. |
4 |
Heksana |
KMnO4
tidak larut dalam heksana, sehingga KMnO4 mengendap di dasar
tabung. |
Naftalen |
||
1 |
Air |
Naftalen tidak dapat larut dalam air |
2 |
Metanol |
Naftalen terlarut dengan baik dalam metanol |
3 |
Aseton |
Naftalen terlarut dengan baik dalam aseton |
4 |
Heksana |
Naftalen terlarut dengan baik dalam heksana |
4.1.1
KMnO4 Padatan
Berdasarkan
pernyataan Permatasari (2017), KMnO4 juga termasuk senyawa polar karena
memiliki kutub positif (+) dan kutub negatif (-) akibat tidak meratanya
distribusi elektron dan memiliki pasangan elektron bebas.
Senyawa ionik
cenderung mudah larut dalam air. Hal ini dapat disebabkan karena air termasuk
ke dalam pelarut organik bersifat polar (Sudarmadji et al., 1997).
Kalium permanganat larut dalam air dan menghasilkan larutan berwarna merah muda
atau ungu intens (Feronika dan Zainul, 2018).
Pada percobaan
kedua, melarutkan kalium permanganat (KMnO4) dengan metanol (CH3OH),
menghasilkan KMnO4 yang terlarut dengan baik dalam metanol. Metanol
termasuk pelarut yang bersifat universal sehingga menarik sebagian besar
senyawa yang bersifat polar dan non polar (Salamah dan Widyasari, 2015).
Pada percobaan
ketiga, melarutkan kalium permanganat (KMnO4) dengan aseton (C3H6O),
menghasilkan KMnO4 yang terlarut dengan baik dalam aseton. Aseton
termasuk ke dalam jenis pelarut organik yang polar (Sudarmadji et al., 1997).
Pada percobaan
keempat, melarutkan kalium permanganat (KMnO4) dengan heksana (C6H14),
menghasilkan KMnO4 yang tidak larut dalam heksana sehingga KMnO4
mengendap di dasar tabung. Heksana merupakan pelarut non polar yang baik untuk
melarutkan senyawa-senyawa non polar (Arsa dan Ahmad, 2020).
4.1.2
Naftalen
Pada percobaan pertama, melarutkan naftalen dengan aquades
(H2O), menghasilkan naftalen yang tidak terlarut dalam aquades. Naftalen
termasuk kedalam senyawa kovalen non-polar (Anonim, 2013). Perbedaan jenis
pelarut dan zat terlarut inilah yang menyebabkan kedua zat tersebut tidak dapat
larut satu sama lain.
Pada percobaan kedua, melarutkan naftalen dengan metanol
(CH3OH), menghasilkan naftalen yang terlarut dengan baik dalam metanol.
Metanol termasuk pelarut yang bersifat universal sehingga menarik sebagian
besar senyawa yang bersifat polar dan non polar (Salamah dan Widyasari, 2015).
Pada percobaan ketiga, melarutkan naftalen dengan aseton
(C3H6O), menghasilkan naftalen yang terlarut dengan baik
dalam aseton. Aseton merupakan pelarut semi polar yang dapat melarutkan senyawa
polar dan non-polar (Troy, 2005).
Pada percobaan keempat, melarutkan naftalen dengan heksana
(C6H14), menghasilkan naftalen yang terlarut dengan baik
dalam heksana. Heksana merupakan pelarut non polar yang baik untuk melarutkan
senyawa-senyawa non polar (Arsa dan Ahmad, 2020).
4.2
Pencampuran
Tabel 2. Hasil Percobaan Pencampuran
No. |
Reaksi |
Hasil Pengamatan |
1 |
H2O + etanol |
Air dan etanol tercampur dengan baik. |
2 |
H2O + aseton |
Air dan etanol tercampur dengan baik. |
3 |
H2O + heksana |
Air dan heksana
tidak tercampur dengan baik dan membentuk dua lapisan. |
Pada percobaan pertama, air yang dicampurkan dengan
etanol menghasilkan campuran yang homogen. Etanol adalah pelarut volatile
bersifat semi polar karena dapat melarutkan baik senyawa polar maupun non polar
(Arsa dan Ahmad, 2020).
Menurut Mardoni (2007), etanol atau etil alkohol dapat
bercampur dengan air, eter, dan kloroform. Ikatan hidrogen menyebabkan etanol
murni sangat higroskopis, sehingga dapat menyerap air dan udara (Lilianagrace,
2014).
Pada percobaan kedua, air yang dicampurkan dengan aseton
menghasilkan campuran homogen seperti percobaan pertama. Air dan aseton
termasuk ke dalam jenis pelarut organik yang polar (Sudarmadji et al., 1997).
Kedua percobaan diatas sesuai dengan pernyataan
Nurhasni dan Yusraini DIS (2022), bahwa kedua zat cair mempunyai ikatan polar
akan saling melarut.
Pada percobaan ketiga, air dan heksana (C6H14)
yang dicampurkan menghasilkan 2 fasa larutan. Heksana merupakan pelarut non polar
yang baik untuk melarutkan senyawa-senyawa non polar (Arsa dan Ahmad, 2020).
Perbedaan kepolaran ini menyebabkan larutan tidak homogen sehingga menghasilkan
dua lapisan larutan.
Menurut Nurhasni dan Yusraini DIS (2022), zat cair
polar dan zat cair non polar saling tidak bercampur, terjadi tolak menolak satu
sama lain dan akan terpisah menjadi dua lapisan.
4.3
Kecepatan Kelarutan
Tabel 3. Hasil Percobaan Kecepatan
Kelarutan
No. |
Reaksi |
Hasil Pengamatan |
1 |
Aquades dingin
+ kristal sukrosa |
Tak larut dalam
1 jam 1 menit 36 detik. |
2 |
Aquades panas +
kristal sukrosa |
Larut dalam 19
menit 49,25 detik |
3 |
Aquades panas +
kristal sukrosa + pengadukan |
Larut dalam
27,36 detik |
4 |
Aquades panas +
serbuk sukrosa + pengadukan |
Larut dalam
11,33 detik |
Pada
percobaan pertama, kristal sukrosa dilarutkan dengan aquades dalam suhu ruang tanpa
perlakuan apapun membutuhkan waktu yang lama untuk larut, lebih dari 1 jam 1
menit 36 detik. Pada percobaan kedua, kristal sukrosa yang dilarutkan dengan aquades
dalam suhu panas membutuhkan waktu lebih cepat untuk larut yaitu 19 menit 49,25
detik.
Kedua
percobaan ini membuktikan bahwa semakin tinggi temperatur maka akan semakin
cepat suatu zat dapat terlarut (Safaruddin, 2008).
Pada
percobaan ketiga, kristal sukrosa yang dilarutkan dalam aquades panas dan
diaduk membutuhkan waktu larut 27,36 detik. Pada percobaan keempat, kristal
sukrosa dihaluskan terlebih dahulu hingga membentuk serbuk. Serbuk sukrosa
kemudian dilarutkan dalam aquades panas dan diaduk membutuhkan waktu 11,33
detik untuk larut.
Hal ini
membuktikan kecepatan pelarutan suatu zat bergantung pada ukuran partikel zat
terlarut dan tingkat pengadukan, semakin halus partikel semakin luas permukaan
kontak dengan pelarutnya (Nurachma et al., 2015)
4.4
Demonstrasi Larutan Tak Jenuh, Tepat Jenuh, dan Lewat
Jenuh
Pada percobaan ini, dilakukan demonstrasi untuk
mengetahui kejenuhan suatu larutan dengan melarutkan natrium asetat trihidrat
ke dalam aquades yang kemudian dipanaskan. Setelah dipanaskan, larutan tersebut
kemudian didinginkan pada suhu ruang, dan setelah dingin ditambahkan kembali
sebutir kecil natrium asetat trihidrat.
Sebelum dilakukan pemanasan, larutan bersifat tak
jenuh. Larutan tak jenuh adalah larutan yang jumlah zat terlarutnya lebih kecil
daripada kelarutannya pada suhu tertentu (Qc < Ksp) (Kulon, 2016).
Namun, setelah dilakukan pemanasan larutan berubah
menjadi larutan tepat jenuh. Larutan tepat jenuh adalah larutan yang jumlah zat
terlarutnya sama dengan kelarutannya pada suhu tertentu. Kenaikan suhu dapat
menaikkan kelarutan zat padat dalam air (Kulon, 2016).
Setelah penambahan zat terlarut kembali, terbentuk
endapan di dasar tabung reaksi yang diketahui sebagai endapan natrium asetat
trihidrat. Hal ini dikarenakan larutan mengalami fase lewat jenuh, dimana
jumlah zat terlarutnya lebih besar dari kemampuan larutnya sehingga terjadi
endapan (Kulon, 2016).
BAB V KESIMPULAN
1.
Pelarut polar dapat melarutkan senyawa ion dan polar dengan
baik, sedangkan pelarut non polar hanya dapat melarutkan senyawa non polar.
2.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan diantaranya pH,
temperatur, jenis pelarut, bentuk dan ukuran partikel, konstanta dielektrik
pelarut, surfaktan, dan efek garam.
3.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan kelarutan diantaranya
temperatur, bentuk dan ukuran partikel, dan kecepatan pengadukan.
4.
Larutan tak jenuh merupakan larutan yang masih bisa melarutkan
zat terlarut, larutan tepat jenuh yaitu larutan yang tidak bisa lagi melarutkan
zat terlarut, dan larutan lewat jenuh adalah larutan yang jumlah zat
terlarutnya melebihi kemampuan larutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Arsa,
A.K., Ahmad, Z. 2020. Ekstraksi Minyak Atsiri Dari Rimpang Temu Ireng (Curcuma
aeruginosa Roxb) Dengan Pelarut Etanol Dan N-Heksana. Jurnal Teknologi
Technoscientia: 13(1).
Feronika,
N.I, Rahardian Zainul. 2018. Kalium Permanganat Termodinamika Mengenai
Transport Ionik dalam Air. Padang: Universitas Negeri Padang
Nurhasni,
Yusraini DIS. 2022. Pedoman Praktikum Kimia Dasar I Program Studi Kimia Fakultas
Sains dan Teknologi. Jakarta: Universitas Islam Negeri Jakarta
Permatasari, EZ. I. 2017. Senyawa Polar dan Nonpolar.
Jakarta: KUPDF
Salamah,
N. dan E. Widyasari. 2015. Aktivitas Antioksidan Ekstrak Metanol Daun Kelengkeng
(Euphoria Longan (L) Steud.) Dengan Metode Penangkapan Radikal 2,2’- Difenil-1-Pikrilhidrazil.
Pharmaciana: 5(1)
Sudarmadji, S. 1997. Prosedur Analisa Bahan Makanan
dan Pertanian. Yogyakarta: Liberty
LAMPIRAN
a.
Jawaban Pertanyaan
1)
Jelaskan istilah like dissolves like dan jelaskan apakah
prinsip like dissolves like terjadi pada semua jenis campuran?
Jawab:
Menurut prinsip like dissolves like, suatu pelarut
akan cenderung melarutkan senyawa yang mempunyai tingkat kepolaran yang sama.
Pelarut polar akan melarutkan senyawa polar. Pelarut non polar akan melarutkan
senyawa non polar. Prinsip ini terjadi pada semua jenis campuran.
2)
Jelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan
senyawa ion dan senyawa kovalen!
Jawab:
·
Jenis pelarut
Senyawa ionik umumnya mudah larut dalam pelarut polar seperti
air, namun sulit larut dalam pelarut organik seperti eter. Sebaliknya, senyawa
kovalen harus dilihat dari sifatnya, apabila polar maka dapat larut dalam
pelarut polar dan apabila non polar dapat larut dalam pelarut non polar atau
organik.
·
Adanya ion senama
Kelarutan dari senyawa ionik akan berkurang dengan adanya zat
terlarut lain yang memiliki ion senama.
·
pH
Tingkat keasaman larutan dapat mempengaruhi kelarutan dari berbagai
zat, terutama senyawa hidroksida dan garam dari asam lemah yang sukar larut.
3)
Jelaskan faktor yang mempengaruhi kecepatan kelarutan
suatu senyawa!
Jawab:
Pelarut dengan
suhu lebih tinggi akan lebih cepat melarutkan zat terlarut dibandingkan pelarut
dengan suhu yang lebih rendah.
·
Ukuran zat terlarut
Semakin halus zat
terlarut, atau semakin kecil ukuran partikel zat terlarut maka semakin mudah
melarutkannya.
·
Volume pelarut
Semakin banyak
volume pelarut, semakin mudah melarutkan suatu zat.
·
Pengadukan
Pengadukan menyebabkan partikel-partikel antara zat terlarut
dengan pelarut semakin sering bertabrakan. Hal ini menyebabkan proses pelarutan
menjadi semakin cepat.
4)
Jelaskan ciri larutan bersifat tak jenuh, tepat jenuh,
dan lewat jenuh!
Jawab:
·
Larutan tak jenuh
Larutan tak jenuh adalah larutan yang jumlah zat terlarutnya
lebih kecil dari kelarutannya pada suhu tertentu (Qc < Ksp). Sehingga jika
ditambahkan lagi zat terlarutnya tanpa pemanasan, zat terlarut tersebut masih
dapat terlarut dengan sempurna.
·
Larutan tepat jenuh
Larutan tepat jenuh adalah larutan yang jumlah zat
terlarutnya sama dengan kelarutannya pada suhu tertentu (Qc = Ksp). Sehingga
jika ditambahkan lagi zat terlarutnya, akan terjadi pengendapan zat terlarut
karena sudah melewati titik kesetimbangan kelarutan.
·
Larutan lewat jenuh
Larutan lewat jenuh adalah larutan yang jumlah zat
terlarutnya lebih besar dari kelarutannya pada suhu tertentu (Qc > Ksp).
Larutan ini umumnya dapat ditandai dengan adanya pengendapan zat terlarut di
dasar tabung reaksi setelah penambahan zat terlarut.
5)
Bagaimana mengubah larutan lewat jenuh menjadi larutan
tak jenuh?
Jawab:
Larutan lewat jenuh dapat diubah menjadi larutan tak
jenuh dengan menambahkan zat pelarutnya melebihi jumlah zat terlarut. Hal ini
agar jumlah zat terlarut yang tadinya lebih besar dari kelarutannya, menjadi
lebih kecil dari kelarutannya.
b.
Dokumentasi Percobaan
Gambar
1. Aquades + KMnO4 | Gambar
2. Metanol +KMnO4 |
Gambar
3. Aseton + KMnO4 |
Gambar 4. Heksana + KMnO4 |
Gambar
5. Aquades + Naftalen |
Gambar
6. Metanol + Naftalen |
Gambar
7. Aseton + Naftalen |
Gambar
8. Heksana + Naftalen |
Gambar 9. Air + Etanol |
Gambar
10. Air + Aseton |
Gambar
11. Air + Heksana |
Gambar
12. Sukrosa Larut |
Gambar
13. Sukrosa Tak Larut |
|
|
Komentar
Posting Komentar